Powered By Blogger

Saturday, September 25, 2010

Ahli Ibadah dengan Pelacur yang Cantik Jelita

Al-Hasan meriwayatkan, bahawa dahulu ada seorang pelacur yang sangat cantik jelita. Dia tidak mahu melayani orang yang datang kecuali jika dibayar sebanyak seratus dinar.

Secara kebetulan pada suatu hari ada seorang ahli ibadah yang melihat wajah pelacur cantik itu sehingga membuatkan ahli ibadah itu tertarik dan jatuh cinta kepadanya. Kerana lelaki ahli ibadah itu mengetahui, bahawa untuk dapat dilayani oleh pelacur cantik itu orang harus memberinya wang sebanyak seratus dinar, maka lelaki ahli ibadah itu akhirnya pergi mencari pekerjaan untuk mengumpulkan wang sebanyak itu.

Setelah wang sebanyak seratus dinar itu dapat dikumpulkan, dia pun pergi menemui pelacur cantik itu serta berkata kepadanya: “Kecantikanmu telah membuatkan aku benar-benar tergoda, oleh kerana itu, aku telah berusaha sedaya upayaku untuk mendapatkan wang seratus dinar sebagaimana yang engkau kehendaki itu.”

Wanita pelacur itu berkata: “Silakan masuk ke rumahku.”

Dengan tidak berfikir panjang, ahli ibadah itu langsung masuk ke rumahnya. Di dalam rumah pelacur yang cantik jelita itu ada tersedia sebuah tempat tidur yang dibuat dari emas. Pelacur itu lalu duduk di atas tempat tidurnya dan berkata: “Marilah segera mendekatiku.”

Ketika lelaki ahli ibadah itu bermaksud untuk memuaskan nafsunya, pada waktu itu juga tiba-tiba ia ingat kepada Allah sehingga menggigil seluruh tubuhnya. Kepada wanita pelacur tersebut lelaki ahli ibadah itu berkata: “Biarlah aku pergi saja meninggalkan kamu dan wang yang jumlahnya seratus dinar itu ambillah olehmu!”

Wanita pelacur itu kembali bertanya: “Apakah sebenarnya yang terjadi atas dirimu, bukankah kamu telah tergila-gila kepadaku sehingga kamu membanting tulang dan mengeluarkan peluh untuk mendapatkan wang sebanyak seratus dinar? Pada saat ini kamu telah mendapatkan apa yang kamu inginkan itu, akan tetapi mengapa kamu akan meninggalkan aku?”

Lelaki ahli ibadah itu berkata: “Sesungguhnya aku takut kepada Allah SWT dan juga atas kedudukanku selama ini di sisi-Nya. Berkemungkinan kerana aku akan pergi meninggalkan kamu, kamu merasa benci kepadaku, ketahuilah olehmu, sesungguhnya aku juga sangat membenci kamu kerana Allah.

Wanita pelacur itu berkata: “Jika yang kamu katakan itu benar, aku tidak akan bersuami kepada orang lain melainkan kamu.”

Lelaki ahli ibadah itu berkata: “Biarlah aku keluar!”

Wanita pelacur itu menjawab: “Tidak, kecuali bila kamu mahu menjadi suamiku.”

“Tidak, biarlah aku keluar dari rumahmu ini!” kata lelaki itu.

Wanita itu kembali bertanya: “Apakah yang membuatmu merasa keberatan bila aku memohon kepadamu supaya engkau mahu menikahi aku?”

Lelaki itu menjawab: “Untuk menjadi isteriku boleh saja, akan tetapi aku harus pergi meninggalkan tempat ini kembali ke tempat biasanya aku melakukan ibadah.”

Selepas berkata demikian, lelaki ahli ibadah itu langsung pergi meninggalkan rumah pelacur tersebut. Begitu juga dengan wanita pelacur itu ia ikut serta keluar dari daerahnya untuk bertaubat kepada Allah dan menyesali segala perbuatan yang telah dilakukannya. Wanita pelacur itu terus berjalan, hingga akhirnya ia sampai ke tempat asal lelaki ahli ibadah tersebut.

Kepada ahli ibadah tersebut seseorang datang menemuinya dan berkata: “Sesungguhnya permaisurimu telah datang kepadamu.”

Ketika ahli ibadah melihat kedatangan wanita itu, ia terkejut dan langsung terjatuh dalam pelukan wanita pelacur yang cantik jelita itu. Pada waktu itu juga lelaki ahli ibadah tersebut menghembuskan nafasnya yang terakhir. Melihat keadaan demikian, kepada orang yang hadir wanita pelacur yang telah bertaubat itu bertanya? “Apakah lelaki idamanku yang telah meninggalkanku buat selama-lamanya ini ada mempunyai saudara?”

Orang yang hadir pada waktu itu menjawab: “Ia ada mempunyai seorang saudara lelaki, akan tetapi saudara lelakinya itu hidup dalam keadaan kemiskinan.”

“Jika memang demikian, aku akan menikah dengannya sebagai ganti dari lelaki yang aku cintai ini,” kata wanita itu.

Akhirnya wanita tersebut menikah dengan saudara lelaki ahli ibadah itu dan dari hasil pernikahan tersebut, Allah SWT mengurniakan kepada mereka sebanyak tujuh orang anak yang kemudian ketujuh orang anak tersebut menjadi nabi semuanya.

Wednesday, August 4, 2010

Kisah Memaafkan

Di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya, “Jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalianmendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya.”

Namun, setiap pagi Muhammad Rasulullah saw mendatanginya dengan membawakan makanan. Tanpa berucap sepatah kata pun, Rasulullah menyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis itu, sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapinya itu adalah Rasulullah Muhammad—orang yang selalu ia caci maki dan sumpah serapahi.

Rasulullah saw melakukan hal ini setiap hari sampai beliau wafat.

Setelah wafatnya Rasulullah saw praktis tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu.

Suatu hari Abubakar berkunjung ke rumah anaknya Aisyah, yan g tidak lain tidak bukan merupakan istri Rasulullah. Ia bertanya kepada anaknya itu, “Anakku, adakah kebiasaan Rasulullah yang belum aku kerjakan?”

Aisyah menjawab, “Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu kebiasaannya pun yang belum ayah lakukan kecuali satu saja.”

“Apakah Itu?” tanya Abubakar penasaran. Ia kaget juga karena merasa sudah mengetahui bagaimana kebiasaan Rasulullah semasa hidupnya.

“Setiap pagi Rasulullah selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada di sana,” kata Aisyah.

Keesokan harinya Abubakar RA pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Abubakar mendatangi pengemis itu lalu memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Abubakar mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil menghardik, “Siapakah kamu ?”

Abubakar menjawab, “Aku orang yang biasa.”

“Bukan! Engkau bukan ora ng yang biasa mendatangiku,” bantah si pengemis buta itu dengan ketus “Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut setelah itu ia berikan padaku.”

Abubakar tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, “Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya. Orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah saw.”

Seketika itu juga kaget pengemis itu. Ia pun menangis mendengar penjelasan Abubakar, dan kemudian berkata, “Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun. Ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia…. ” Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan Abubakar saat itu juga dan sejak hari itu menjadi Muslim.

Thursday, May 27, 2010

Jiwa dan Roh

Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku. (Al Fajr :27-30)

Saya sangat terasa dengan ayat ini. Ada kerinduan yang dipanggil oleh Allah dengan mesra. Tapi mungkinkah? Kerana jiwa masih pekat dengan noda dosa, sangatlah sulit untuk membuatnya menjadi cemerlang. Masih sering terngiang di telinga akan pesan Allah dengan firman-Nya :


Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Asy Syams:9-10)

Defenisi Jiwa

Didalam sebuah artikel dijelaskan bahawa jiwa mampu menyimpan semua memori dari semenjak lahir sampai jasad meninggal. Ibarat sebuah server yang besar, mampu menyimpan data yang besar pula. Tidak ada yang luput dari server ini, semua tersimpan dengan baik. Baik itu data kejahatan mahupun data kebaikan. Berbeza dengan memori otak yang sangatlah terbatas. Misalnya kita disuruh untuk menghafal jenis kereta dan warnanya yang kita jumpai sepanjang perjalanan dari rumah sampai ke pejabat. Sudah tentu terbatas sekali yang dapat kita hafalkan. Namun kalau jiwa yang bersih, sangatlah tepat. Jangankan jenis kereta dan warnanya. No. insuran pun terhafal dengan baik bahkan dijalan apa dan pada jam berapa kita menjumpainya.

Data kejahatan membuat jiwa menjadi redup cahayanya atau bahkan padam sama sekali. Sedangkan data kebaikan membuat jiwa menjadi bersinar terang. Dan sinar ini mampu menghalau cahaya gelap.

Dan di akhirat kelak data di server ini akan di tampilkan semua. Didalam DOS kita biasa memetik perintah DIR, maka semua fail akan muncul. Begitu pula dengan jiwa, semua akan ditampilkan sebutir-butirnya dari yang sekecil-kecilnya.

Namun sebenarnya fail kejahatan tidak semuanya akan ditampilkan. Kerana ada fungsi Delete File atau Hidden File. Siapa yang boleh melakukan ini. Ya…pasti pemilik server tentunya. Allah Rabbal Alamin. Dia mengampuni siapa yang di kehendakinya.

Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Az Zumar:53)

Semakin terang cahaya jiwa, semakin dekatlah ia kepada Allah. Dan semakin berat pula godaan iblis. Kerana iblis akan selalu mengirimkan pasukannya silih berganti untuk melalailkan sang jiwa ini. Dan jangan ditanya berapa banyaknya. Semakin bersih jiwa semakin kuat iblis yang dikirimkan.

Iblis menjawab: "Kerana Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). (
Al A'raaf:16-17)

Banyak yang salah faham antara JIWA (nafs) dan ROH. Banyak yang menganggapnya sama, padahal sesungguhnya keduanya sangat berbeza.

Yang seperti apakah Jiwa itu? Jiwa adalah badan halus manusia, yang boleh pergi – keluar dari Jasad fizikal, ketika manusia sedang bermimpi, atau ketika hilang kawal (Out of Body Experience) atau PLB – Perjalanan Luar Badan. Jiwa, merupakan tubuh halus manusia. Jiwa memiliki perangkat-perangkat yang menyebabkan manusia dicap sebagai makhluk sosial, makhluk cerdas (Aqal), makhluk spiritual (Qolbu). Jiwa yang menanggung semua akibat perbuatan tubuh fizikal dan tubuh dalam.

Jiwa diciptakan sempurna tanpa cacat. Tidak ada yang terlahir sakit jiwa. Tidak ada bayi cacat. Jiwa adalah putih bersih ketika dilahirkan, lingkungan dan pengalamanlah yang membuatnya tetap putih atau kotor.

Komponen-Komponen Jiwa

Komponen yang dimiliki jiwa: Nafsu (syahwat, emosi), Hasrat (keinginan, ego), Aqal, Qolbu, dll.

Indera Jiwa

Indera Jiwa sering disebut pula sebagai Indera batin. Jiwa juga memiliki indra penglihatan dan pendengaran. Dari situlah syaitan (dan jin) memberikan pengaruhnya ke jiwa, berupa suara-suara dihati kita yang mengajak ke perbuatan negatif.

Qolbu

Qolbu adalah Jantungnya Jiwa. Qolbulah yang menentukan baik-buruknya Jiwa. Gelap-terangnya Jiwa.
Sesungguhnya Ruh itu selalu mengajak Jiwa ke jalan yang lurus, tetapi setan sangat gigih menyeru peralatan Jiwa agar sesat.
[Firman Allah dalam Al-Qur’an: Setan adalah musuh yang nyata]

Suara-suara di Qolbu (hati)
• Suara si jiwa sendiri
• Suara Roh kita
• Suara makhluk lain

Tingkatan Kesedaran Jiwa

Secara garis besar, ada 7 (tujuh) lapisan yang membatasi antara Jiwa dan Roh, yang berhubungan dengan tingkatan kesedaran Jiwa.
Lapisan tersebut hanya boleh ‘terbuka’ dengan melalui sedikit cara. Salah satu caranya adalah dengan ‘serius’ berupaya membersihkan diri, membersihkan Jiwa, membersihkan Qolbu (hati) dengan NIAT mendekatkan diri kepada ALLAH SWT - Sang Khalik. Atau merupakan sebuah anugerah karunia-NYA (given).

Lapisan ini berubah menjadi hijab kalau kotor. Bila pada lapisan 1 yang kotor (hijab) berakibat komunikasi antara Jiwa dengan Ruh terganggu. Muncullah penyakit non-fizik / kejiwaan (nafs) seperti pemarah, kejam, nafsuan, dll).

Nafs Lawwamah, Ammarah-bissu, dan nafs muthmainah.

Terbukanya (bersihnya) masing-2 lapisan tersebut, akan menumbuhkan kesedaran dan kemampuan Jiwa yang lebih tinggi [orang bilang ilmu laduni – ’ngkali].

Kesadaran Ruhiah – Ilahiah

Kesedaran tertinggi dari Jiwa adalah Kesedaran Rohiah. Inilah yang didambakan oleh para pejalan spiritual. Tujuan akhir

Roh

Al-Israa'(17): 85

”Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: ‘Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit’ “.

Roh adalah suci, ciptaan Allah, sehingga dikategorikan sebagai Makhluk. Jadi roh dalam diri jasad manusia bukanlah Allah itu sendiri.

“Maka apabila telah Aku menyempurnakan kejadiannya dan telah meniupkan kedalamnya Roh-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud “ (Al Hijr:29)

Pengertian “roh KU”? Roh milik Allah. Roh ciptaan dan milik Allah, yang ditiup masuk oleh Allah ke dalam Jasad manusia. Bila manusia meninggal maka roh ini akan kembali ke Sang Pencipta.

“akan tetapi di dalam diri manusia ada bashirah (yang tahu)"(QS 75:14).

Kata bashirah ini disebut sebagai yang tahu atas segala gerak manusia yang sekalipun sangat rahsia. Ia biasa menyebut diri (wujud)-nya adalah "Aku".

Tidak ada yang namanya Roh (Roh) jahat, ataupun lainnya. Sesungguhnya Roh itu selalu mengajak jiwa ke jalan yang lurus, tetapi syaitan sangat gigih menyeru segala yang dimiliki jiwa agar sesat.

[Firman ALLAH dalam Al-Qur’an: Syaitan adalah musuh yang nyata]

Kemana Tubuh Fizikal, Eterik, Jiwa dan ROH Pergi Ketika Meninggal Dunia?

Kembalinya Roh

ROH, yang saya tidak tahu sedikitpun tentangnya, akan terus kembali kepada Sang Pencipta.

Kembalinya Tubuh Fisik

Tubuh Fizikal yang tersusun dari metarial duniawi akan kembali menjadi bahan-bahan tanah. Tidak ada lagi kesedaran yang tersisa. Tak ada lagi cerita.

Tubuh Jiwa, kemana perginya?

Kemana perginya sangat tergantung dengan Keyakinan dan Laku Amal-Ibadah yang dilakoninya selama hidup didunia. Ketika kita memuja (membuka hati kepada) mahluk lain bukan kepada Allah SWT, kita mempersembahkan tenaga kita kepada sesama mahluk, baik manusia ataupun mahluk lain walau mereka berada di dimensi yang lebih tinggi, maka secara langsung kita membatasi diri kita sendiri dan potensi spiritual kita. Setiap saat kita membuka hati kita untuk hal/mahluk lain selain untuk berhubungan langsung dengan Allah SWT, maka kita tersesat dari tujuan hidup yang sebenarnya.

Orang yang menghambakan diri, menggadaikan diri kepada selain Allah Yang Maha Esa, akan ditarik janji gadainya. Orang yang mencari petapaan di gunung abc, akan ditagih jiwanya sebagai balasan kekayaan metarial yang didapatnya selama hidup oleh penunggu gunung abc. Orang atheis, kafir yang tidak percaya adanya Allah SWT, apalagi suka berbuat zalim, Jiwanya gelap matanya buta dan telinganya tuli. Tidak boleh melihat dan mendengar apa-apa. Jiwanya akan menunggu dalam dimensi kegelapan, hingga sangkakala berbunyi.

Orang yang beriman, yang berserah diri, yang suci, Yang mati sahid, Jiwanya akan langsung terbang, entah menuju dan menunggu dilangit yang mana. Tingginya langit yang boleh disambangi, tingginya syurga yang akan didiami, berbanding lurus dengan Kemurnian Tauhid yang diyakini dan dijalani.

Dengan demikian terserah kepada diri kita masing-masing. Apakah kita tega mengotori jiwa kita atau justru membersihkannya?

Sunday, May 9, 2010

Doa Nabi Muhammad SAW ketika bertahajuud

Ya Allah ya Tuhanku bagiMu segala puji, Engkaulah pentadbir semua petala langit dan petala bumi dan semua yang ada pada keduanya. Dan bagiMu segala puji Engkaulah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi dan semua yang ada pada keduanya Dan bagiMu segala puji Engaulah cahaya langit dan bumi dan semua yang ada padanya Dan bagiMu segala puji Engkaulah yang benar janjiMu pun benar bertemu denganMu pun benar, bicaraMu pun benar syurga juga benar neraka juga benar Nabi Muhammad pun benar dan kiamat juga benar Ya Allah, Ya tuhanku kepadaMu aku berserah denganMu aku beriman kepadaMu aku bertawakal kepadaMu aku kembali kerana menjaga hakMu, kepadaMu aku menerima hukuman maka ampunilah akan dosa-dosaku yang terdahulu dan terkemudian apa yang aku sembunyikan dan dedahkan. Engkaulah yang terdahulu Dan Engkaulah yang terkemudian tiada tuhan melainkan Engkau
Telah sabit dalam Sahih Bukhari dan Muslim juga daripada riwayat Ibnu Abbas r.a bahawasanya Nabi s.a.w apabila bangun di tengah malam beliau bertahajjud kemudian baginda membaca doa ini – dipetik dari al Azkar oleh Imam Nawawi terjemahan oleh Pustaka Nasional Singapura – muka surat 66

ROH ORANG-ORANG YANG BERIMAN DISISI ALLAH

Pendapat yang mengatakan, roh orang yang beriman berada disisi Allah dan tidak menukuk tambah pandangan mereka, adalah pendapat yang beradab dengan Kalam Allah iaitu al-Quran, dimana firman Allah yang bermaksud: “Bahkan mereka hidup disisi Tuhan Mereka dan mendapat rezeki dari Nya”. Ali Imran: 169.

Golongan ulamak ini berpandangan demikian berdalilkan;

Antaranya; Hadis dari Abu Hurairah r.a. bererti; “Apabila keluar roh sesaorang yang meninggal dunia lalu dibawa naik sehingga sampai ke langit di sisi Allah a.w.j. , jika roh itu dari seorang yang buruk amalannya tidak akan dibuka pintu langit lalu dihantar semula kekuburnya”. Riwayat Amad, Ibnu Majah dan al-Baihaqi.

Kata Abu Dardak al-Tayalisi dari Abu Musa al-Shaari, beliau berkata; “Roh orang yang beriman berbau harum selepas keluar dari badanya, kemudian dibawa oleh malaikat yang menguruskanya hingga bertemu dengan malaikat-malaikat di langit lalu mereka bertanya; bau apa ini? Maka dijawab; ini adalah pulan bin pulan yang beramal begini dan begini dimasa hidupnya iaitu amalan yang baik, mereka berkata; selamat datang kamu dan dia, mereaka menyambutnya lalu dibawa naik ke atas menerusi pintu-pintu yang dibawa naik amalannya, bila sampai di langit teratas teranglah langit seperti cahaya matahari hinggalah sampai ka Arasy”.

Adapun roh orang kafir, bila dicabut dari badan dan dibawa naik ke atas lalu bertanya malaikat di langit, bau apa ini? Lalu dijawab; ini pulan bin pulan yang beramal begini dan begini kerana amalannya buruk, seterusnya malaikat berkata, jangan bawa kemari dan kembalikan kedalam kuburnya”.

Kata al-Makki bin Ibrahim ketika menceritakan kata-kata Khuzaifah bin al-Yaman; “Semua roh berdiri di hadapan al-Rahman menunggu janjinya hingga ditiupkan sangka-kala”.

Kata Sifian bin Uyainah; Sebaik sahaja al-Zubair dibunuh dan disula, ibnu Umar datang untuk mengucap ta’ziah kepada ibunya Asmak lalu berkata; hendaklah puan bertaqwa kepada Allah dan bersabar, sesungguhnya mayatnya tidak berguna apa-apa, roh yang telah mati berada disisi Allah, lalu beliau menjawab; yang menghalangi aku bersabar kerana telah sampai kepada aku berita bahawa kepala Yahya bin Zakaria telah dihadiahkan kepada pelampau-pelampau Bani Israil”.

Jarir telah menceritakan dari Hilal bin Yasaf berkata; “Ketika kami duduk bersama Ka’ab, Rabi’ bin Khasim dan Khalid bin ‘Ar’arah bersama orang ramai., lalu datang Ibnu Abbas dan diberitahu kepada kami, ini Ibnu Abas anak bapa saudara Nabi kamu, kami diminta memberi tempat duduk kepadanya, kemudian Ibnu Abas bertanya kepada Ka’ab; semua yang ada dalam al-Quran saya telah menegetahuinya melainkan empat perkara, minta terangkan kepada saya, antaranya; apa dia Sijjin? Apa dia Illiyun? Apa dia Sidratul Muntaha? Dan apa maksud firman Allah kepada Nabi Idris; bermaksud; “Dan Kami angkatkan dia ketempat yang tinggi”. Maryam:57.

Bahan bacaan Kitab al-Roh karangan Ibnu Qaiyim, hal:273.

Friday, March 19, 2010

TEORI BIG BANG: ILMU FIZIK DAN KEBENARAN AL-QURAN



Dalam fizik kosmologi, Big Bang merupakan teori saintifik yang mengatakan alam semesta muncul dari keadaan yang tumpat dan panas, kira-kira 13.7 billion tahun lalu.

Secara mudahnya, kita boleh bayangkan Big Bang seperti bunga api yang kita lihat pada malam sambutan kemerdekaan. Percikan-percikan bunga api di sekeliling titik letupan tadi boleh kita anggap sebagai galaksi, dan titik letupan sebagai Big Bang.

Pada 1916, Albert Einstein memperkenalkan teori kerelatifan (theory of relativity) dan pada ketika itu umurnya baru 26 tahun. Teori ini membuka lembaran baru dalam bidang sains. Berdasarkan teori ini, George Lemaitre, seorang ahli matematik dan juga paderi Katolik berbangsa Belgium menerbitkan persamaan yang mencadangkan bahawa galaksi-galaksi sentiasa bergerak menjahui satu sama lain.Teori ini menjadi asas terbentuknya teori Big Bang.

Teori Kerelatifan oleh Einstein yang membawa pada terbitnya teori Big Bang ini, sedikit sebanyak membuatkan Einstein tidak senang. Jika objek-objek di alam semesta bergerak saling menjahui, maka pastinya sebelum ini objek-objek ini berada berdekatan. Dan jika alam ini sedang mengembang, maka pastinya alam ini ada permulaan. Seolah-olah tidak dapat menerima teori alam ini ada awalan, Einstein kemudiannya memperkenalkan ‘fudge factor’ yang mencadangkan alam semesta ini tiada permulaan dan tiada pengakhiran (steady state).

Namun, pada 1929, cerapan yang dilakukan oleh Edwin Hubble mendapati terdapat cahaya merah (red shift) di sekeliling objek di luar galaksi Bima Sakti. Jika merujuk Doppler effect, kita boleh kata perubahan warna di sekeliling objek-objek ini menunjukan ia sedang bergerak menjauhi kita. Penemuan ini selari dengan teori Big Bang yang dicadangkan Lemaitre.

‘hari tanpa semalam’

Ketika itu, kebanyakan saintis dapat menerima bahawa alam semesta ini sedang mengembang. Tetapi, mereka menolak implikasi yang menyatakan alam ini mempunyai permulaan. Jika kewujudan alam ini mempunyai permulaan, begitu juga masa. Para saintis ketika itu sudah terbiasa dengan idea masa adalah selama-lamanya. Ia kelihatan tidak logik jika sebelum permulaan alam, tiada masa. Pasti ada masa – contoh kita katakan ada sejuta tahun SEBELUM alam ini mula wujud.

Namun, pada 1964 terdapat penemuan besar yang mengesahkan teori yang dikemukakan Leimaitre. Pekerja-pekerja Bell Labaratories ketika itu sibuk memikirkan apa kerosakan teleskop radio mereka apabila mengesan gangguan gelombang mikro yang tidak diingini. Gelombang itu agak kuat sehingga mana-mana arah mereka halakan teleskop itu, masih lagi mengesan gangguan tersebut. Dan gelombang itu mempunyai frekuensi yang tetap dan merujuk pada suhu yang tetap.

Sebenarya, gelombang itu telah dijangka oleh saintis sebelum ini. Gelombang itu (dikenali sebagai cosmic background radiation) merupakan saki-baki hasil letupan besar Big Bang. Sama macam bunga api tadi, letupan itu menghasilkan haba dan unsur-unsur lain (remnant). Namun teori ini masih lagi teori. Allah Maha Mengetahui.

Sesetengah sarjana Islam percaya teori ini selari dengan al-Quran berdasarkan hal penciptaan dalam ayat berikut:

"Dan tidakkah orang-orang kafir itu memikirkan dan mempercayai bahawa sesungguhnya langit dan bumi itu pada asal mulanya bercantum (sebagai benda yang satu), lalu Kami pisahkan antara keduanya? Dan Kami jadikan dari air, tiap-tiap benda yang hidup? Maka mengapa mereka tidak mahu beriman" (al-Anbia':30)

"Dan langit itu Kami dirikan dengan kekuasaan Kami (dalam bentuk binaan yang kukuh rapi) dan Kami benar-benar meluaskannya." (al-Zariyat:47).

Tuesday, March 9, 2010

NIKMAT TUHAN KAMU YANG MANA YANG KAMU DUSTAKAN!!!!!!!!!





Maha Suci Allah yang Maha Menciptakan
Sungai dalam Laut

“Akan Kami perlihatkan secepatnya kepada mereka kelak, bukti-bukti kebenaran Kami di segenap penjuru dunia ini dan pada diri mereka sendiri, sampai terang kepada mereka, bahwa al-Quran ini suatu kebenaran. Belumkah cukup bahwa Tuhan engkau itu menyaksikan segala sesuatu. ” (QS Fushshilat : 53)

“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan) ; yang ini tawar lagi segar dan yang lain masin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (Q.S Al Furqan:53)

Jika Anda termasuk orang yang gemar menonton rancangan TV `Discovery’ pasti kenal Mr.Jacques Yves Costeau , ia seorang ahli oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Perancis. Orang tua yang berambut putih ini sepanjang hidupnya menyelam ke perbagai dasar samudera di seantero dunia dan membuat filem dokumentari tentang keindahan alam dasar laut untuk ditonton di seluruh dunia.

Pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba ia menemui beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya kerana tidak bercampur/tidak melebur dengan air laut yang masin di sekelilingnya, seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya.


Fenomena ganjil itu memeningkan Mr. Costeau dan mendorongnya untuk mencari penyebab terpisahnya air tawar dari air masin di tengah-tengah lautan. Ia mulai berfikir, jangan-jangan itu hanya halusinansi atau khalayan sewaktu menyelam. Waktu pun terus berlalu setelah kejadian tersebut, namun ia tak kunjung mendapatkan jawapan yang memuaskan tentang fenomena ganjil tersebut.

Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor Muslim, kemudian ia pun menceritakan fenomena ganjil itu. Profesor itu teringat pada ayat Al Quran tentang bertemunya dua lautan ( surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez . Ayat itu berbunyi “Marajal bahraini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun laa yabghiyaan.. .”Artinya: “Dia biarkan dua lautan bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak boleh ditembus.” Kemudian dibacakan surat Al Furqan ayat 53 di atas.


Selain itu, dalam beberapa kitab tafsir, ayat tentang bertemunya dua lautan tapi tak bercampur airnya diertikan sebagai lokasi muara sungai, di mana terjadi pertemuan antara air tawar dari sungai dan air masin dari laut. Namun tafsir itu tidak menjelaskan ayat berikutnya dari surat Ar-Rahman ayat 22 yang berbunyi “Yakhruju minhuma lu’lu`u wal marjaan” ertinya “Keluar dari keduanya mutiara dan marjan.” Padahal di muara sungai tidak
ditemukan mutiara.

Terpesonalah Mr. Costeau mendengar ayat-ayat Al Qur’an itu, melebihi kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Al Qur’an ini mustahil disusun oleh Muhammad yang hidup di abad ke tujuh, suatu zaman saat belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh terpencil di kedalaman samudera. Benar-benar suatu mukjizat, berita tentang fenomena ganjil 14 abad yang silam
akhirnya terbukti pada abad 20. Mr. Costeau pun berkata bahawa Al Qur’an memang sesungguhnya kitab suci yang berisi firman Allah, yang seluruh kandungannya mutlak benar. Dengan seketika dia pun memeluk Islam

Selain itu, dalam beberapa kitab tafsir, ayat tentang bertemunya dua lautan tapi tak bercampur airnya diertikan sebagai lokasi muara sungai, di mana terjadi pertemuan antara air tawar dari sungai dan air masin dari laut. Namun tafsir itu tidak menjelaskan ayat berikutnya dari surat Ar-Rahman ayat 22 yang berbunyi “Yakhruju minhuma lu’lu`u wal marjaan” ertinya “Keluar dari keduanya mutiara dan marjan.” Padahal di muara sungai tidak
ditemukan mutiara.

Terpesonalah Mr. Costeau mendengar ayat-ayat Al Qur’an itu, melebihi kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Al Qur’an ini mustahil disusun oleh Muhammad yang hidup di abad ke tujuh, suatu zaman saat belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh terpencil di kedalaman samudera. Benar-benar suatu mukjizat, berita tentang fenomena ganjil 14 abad yang silam
akhirnya terbukti pada abad 20. Mr. Costeau pun berkata bahawa Al Qur’an memang sesungguhnya kitab suci yang berisi firman Allah, yang seluruh kandungannyamutlak benar. Dengan seketika dia pun memeluk Islam.

Allahu Akbar…! Mr. Costeau mendapat hidayah melalui fenomena teknologi kelautan. Maha Benar Allah yang Maha Agung. Shadaqallahu Al `Azhim.Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya hati manusia akan berkarat sebagaimana besi yang dikaratkan oleh air.” Bila seorang bertanya, “Apakah caranya untuk menjadikan hati-hati ini bersih kembali?” Rasulullah s.a.w. bersabda, “Selalulah ingat mati dan membaca Al Quran.”

Jika anda seorang penyelam, maka anda harus mengunjungi Cenote Angelita, Mexico. Disana ada sebuah gua. Jika anda menyelam sampai kedalaman 30 meter, airnya air segar (tawar), namun jika anda menyelam sampai kedalaman lebih dari 60 meter, airnya menjadi air asin, lalu anda dapat melihat sebuah “sungai” di dasarnya, lengkap dengan pohon dan daun daunan.

Setengah pengkaji mengatakan, itu bukanlah sungai biasa, itu adalah lapisan hidrogen sulfida, nampak seperti sungai… luar biasa bukan? Lihatlah betapa hebatnya ciptaan Allah SWT.

Sunday, February 14, 2010

Kisah Keajaiban Bismillah

Ada seorang wanita tua yang taat beragama tetapi suaminya seorang yang fasik dan tidak mahu mengerjakan kewajipan agama dan tidak mahu membuat kebaikan. Perempuan itu sentiasa membaca Bismillah setiap kali hendak bercakap dan setiap kali dia hendak memulakan sesuatu sentiasa dimulai dengan Bismillah. Suaminya tidak suka dengan sikap isterinya dan sentiasa memperolok-olokkan isterinya.

Suaminya sentiasa mengejek “Asyik Bismillah, Bismillah. Sekejap-kejap Bismillah. Isterinya tidak berkata apa-apa sebaliknya dia berdoa kepada Allah supaya memberikan hidayah kepada suaminya. Suatu hari, suaminya berkata,nanti akan aku buat kamu kecewa dengan bacaan-bacaanmu itu.

Untuk membuat sesuatu yang memeranjatkan isterinya, dia memberikan wang yang banyak kepada isterinya dengan berkata : “simpan duit ini”. Isterinya mengambil duit tersebut dan menyimpan ditempat yang selamat. Disamping itu, suaminya telah melihat tempat yang disimpan. Kemudian dengan senyap-senyap dia mengambil duit tersebut dan mencampakkan beg duit ke dalam perigi belakang rumahnya.

Setelah beberapa hari kemudian, dia memanggil isterinya dan berkata : “Berikan padaku wang yang aku berikan kepada engkau dahulu untuk disimpan”. Kemudian isterinya pergi ke tempat dia menyimpan duit dan diikuti oleh suaminya dengan berhati-hati dia menghampiri tempat itu dengan membaca Bismillahirrahmanirrahim.

Ketika itu, Allah menghantar malaikat Jibril untuk mengembalikan beg duit itu dan menyerahkan duit itu kepada suaminya kembali.

Alangkah terperanjatnya dia. Dia berasa bersalah dan mengaku segala perbuatannya kepada isterinya. Ketika itu juga dia bertaubat dan mula mengerjakan perintah Allah dan dia juga membaca Bismillah apabila dia hendak memulakan sesuatu kerja.

Keangkuhan Raja Namrud

Di sebuah kota yang bernama Kota Babylon, semua orang yang tinggal di dalam kota tersebut berkeyakinan dan menyembah suatu Tuhan iaitu yang diperbuat daripada berhala. Jadi mereka mengukir patung-patung berhala lalu mereka juga yang menyembahnya. Mereka beribadah serta bersembahyang kepadanya dan mereka juga amat menakutinya tuhan berhala itu tadi. Dan antara lain menjadi salah satu tradisi mereka ialah apabila mereka selesai beribadah di rumah ibadah atau kuil mereka, sebelum keluar setiap mereka mesti membeli satu patung berhala kecil untuk mereka letakkan di dalam rumah dan juga untuk di sembah. Dan sebenarnya siapakah yang menjadi tukang ukir bagi patung-patung itu semua? Ia adalah seorang lelaki yang bernama Azar.

Pada suatu hari masuklah si anak kepada Azar tukang ukir patung anaknya, itulah dia Nabi Ibrahim as. Lalu Nabi Ibrahim pun bertanya kepada bapanya: “Wahai ayahku, adakah engkau benar-benar yakin dan percaya bahawa semua patung-patung yang kamu ukir dan jual itu semuanya adalah Tuhan yang hakiki?” Bila Azar mendengar pertanyaan sebegitu dari anaknya terus dia menjadi marah akan tetapi Nabi Ibrahim tidak memperdulikannya dan dia terus bertanya dan bertanya. Firman Allah SWT yang bermaksud: “Ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapanya Azar: “Adakah engkau ambil berhala menjadi Tuhan? Sesungguhnya aku melihat engkau dan kaum engkau dalam kesesatan yang nyata.”
(Al-An’am: 74) Berterusanlah si Azar bapa Nabi Ibrahim memarahinya dia betul-betul marah kepada anaknya lantas dia berkata dengan suara yang tinggi kepada anaknya sepertimana yang difirmankan oleh Allah SWT yang bermaksud: Berkata bapanya: “Adakah engkau benci kepada Tuhanku ya Ibrahim? Demi jika engkau tidak berhenti nescaya kurejam engkau dengan batu dan tinggalkanlah aku dalam masa yang panjang.”
(Maryam: 46) Sesungguhnya Nabi Ibrahim siang dan malam tidak habis-habis memikirkan tentang dunia yang ada di sekelilingnya dia tercari-cari manakah satu Tuhan yang sepatutnya dan semestinya dia menyembah. Maka pada suatu malam yang gelap gelita tiba-tiba muncul bintang yang cahayanya bergemerlapan di langit. Jadi dia terus berkata di dalam hatinya: “Inilah Tuhanku maka bermula dari hari ini aku akan menyembahnya!” Akan tetapi malang bila tiba waktu siang semua bintang-bintang yang bergemerlapan di waktu malam itu tadi pun terus hilang. Firman Allah SWT yang bermaksud: Tatkala malam telah gelap Ibrahim melihat bintang lalu dia berkata: “Inikah Tuhanku? Tatkala bintang itu terbenam dia berkata: “Aku tidak mengasihi barang yang lenyap itu.”
(Al-An’am: 76) Keesokannya Nabi Ibrahim melihat kepada bulan pula dia mendapati bahawa bulan di malam hari itu terlalu cantik itulah bulan purnama namanya. Maka dia mula berkata-kata lagi di dalam hatinya: “Aku rasa inilah dia Tuhan aku. Maka aku akan menyembahnya moga-moga ada kebaikan buatku.”

Firman Allah SWT yang bermaksud: Tatkala dia melihat bulan telah terbit dia berkata: “Inikah Tuhanku?” Tatkala bulan itu terbenam dia berkata lagi: “Jika aku tidak di tunjuki oleh Tuhanku nescaya aku termasuk kaum yang sesat.”
(Al-An’am: 77) Akan tetapi sangkaannya itu meleset sama sekali kerana pada keesokannya bulan terbenam dan hilanglah cahayanya yang terang benderang pada waktu malam tadi. Tetapi dia tidak bersedih. bahkan bergembira kerana dia berpeluang melihat matahari pula. Lantas dia mengatakan: “Matahari lebih besar pula cahayanya dari bulan dan bintang, maka aku rasa inilah dia Tuhanku yang sebenar.” Tapi sayang bila sampai waktu petang di dapati matahari yang di sangkanya Tuhan itu turut hilang. Maka Nabi Ibrahim pun tidak jadi untuk menyembahnya. Firman Allah SWT yang bermaksud: Tatkala dia melihat matahari terbit dia berkata: “Inikah Tuhanku? Ini lebih besar.” Tatkala matahari itu terbenam dia berkata: “Wahai kaumku sesungguhnya aku berlepas diri dari apa-apa yang kamu persekutukan itu.” (Al-An’am: 78) Akhirnya Nabi Ibrahim mengambil keputusan bahawa dia tidak akan sama sekali menyembah mana-mana tuhan kecualilah Tuhan yang menjadikan alam ini Tuhan yang menjadikan bintang, bulan dan juga matahari juga dunia dan seisinya. Dia tidak akan sama sekali menyembah Tuhan selain Allah SWT. Firman Allah SWT yang bermaksud: “Ingatlah ketika Ibrahim berkata: “Wahai Tuhanku perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang yang mati.” Allah berfirman: “Tidakkah engkau beriman?” Sahutnya: “Ya... aku beriman tetapi untuk mententeramkan hatiku.” Allah berfirman: “Ambillah empat ekor burung dan hampirkan kepada engkau (potong-potong semuanya) kemudian letakkan di atas tiap-tiap bukit sebahagian dari burung-burung yang dipotong itu, kemudian panggillah semuanya nescaya datanglah semuanya kepada engkau dengan segera dan ketahuilah sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Al-Baqarah: 260) Bermula dari hari itu Nabi Ibrahim mula menyeru kepada kaumnya agar segera meninggalkan tuhan berhala mereka itu “sembahlah Allah Tuhan yang Esa dan juga Tuhan yang menjadikan kita semua.” Akan tetapi mereka tidak memperdulikan kata-katanya bahkan mereka mengutuk dan memberikan ancaman kepadanya. Firman Allah SWT yang bermaksud: “Mereka berkata: “Adakah engkau mendatangkan kebenaran kepada kami atau engkau bermain-main?” Dia berkata: “Bahkan Tuhan kamu ialah Tuhan langit dan bumi yang telah menciptakan semuanya. Dan aku menjadi saksi atas demikian itu.” (Al-Anbiyaa’: 55 dan 56) Mereka memang langsung tidak menghiraukan kata-kata Nabi Ibrahim hinggakan sampai peringkat mereka mengatakan bahawa Nabi Ibrahim adalah seorang yang bodoh lagi jahil dan juga akal fikirannya terlalu sempit serta menyeleweng. Maka pada suatu hari seluruh ahli penduduk kota itu keluar beramai-ramai kerana merayakan hari raya bagi Tuhan berhala-berhala mereka dan perayaan tersebut di jalankan di luar kota bukan di dalam kota. Jadi di kala itu tidak ada seorang pun yang tinggal di dalam kota lengang kecuali Nabi Ibrahim sahaja. Begitu juga dengan rumah ibadah mereka lengang tiada sesiapa.

Nabi Ibrahim merasakan bahawa inilah peluang untuk dia mengajar kaumnya lalu dia bersegera menuju ke rumah ibadah kaumnya. Dia terus masuk ke dalamnya yang mana terdapat satu kawasan lapang dipenuhi dengan bermacam-macam patung berhala. Tanpa berlengah Nabi Ibrahim terus mengambil kapaknya lalu dipukul dan dihancurkan ke semua patung-patung itu tadi habis semua dimusnahkan cuma satu sahaja yang tidak dimusnahkan iaitu patung yang paling besar. Kemudian yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dia menyangkutkan kapaknya tadi ke leher patung berhala yang besar itu dan Nabi Ibrahim terus pergi meninggal rumah ibadah tersebut pulang ke rumahnya.

Di kala itu semua kaumnya sedang sibuk merayakan perayaan tuhan mereka. Mereka merayakannya dengan penuh meriah sekali lebih-lebih lagi si raja yang bernama Namrud iaitu raja Kota Babylon ketua bagi mereka juga turut hadir. Bilamana perayaan tadi selesai terus raja memberi isyarat kepada hamba-hambanya dan tanpa berlengah si hamba-hamba tadi terus mengangkatnya untuk kembali semula ke dalam kota mereka. Dan sebelum sampai ke istananya raja mengarahkan kepada seluruh hamba-hambanya agar membawa dia ke rumah ibadah (kuil). Bila sahaja raja Namrud menjejakkan kakinya ke dalam kuil dia terperanjat besar begitu juga dengan rakyat-rakyat yang turut hadir. Dia dapati bahawa ke semua patung-patung berhala telah habis musnah jatuh bergelimpangan dan berkecai.

Kemudian Namrud berkata dengan suaranya yang tinggi: “Siapakah yang berbuat sebegini kejam sekali?” Seluruh rakyatnya yang hadir terus berkata: “Lain tidak bukan ialah seorang pemuda yang tidak mahu beriman kepada tuhan-tuhan kita ini. Pemuda itu namanya Ibrahim!” Raja Namrud terus menjerit: “Bawa segera pemuda itu ke mari!” Merekapun bersegera pergi mendapatkan Nabi Ibrahim. Mereka menangkapnya dan dibawa ke hadapan Namrud yang masih menunggu di dalam kuil.

Sampai saja terus Namrud berkata kepada Nabi Ibrahim: “Kamukah yang melakukan perbuatan ini kepada tuhan-tuhan kami?” Nabi Ibrahim berkata: “Bukan aku yang melakukannya kamu tidak lihat di leher patung berhala yang paling besar itu terdapat satu kapak yang besar. Sudah tentulah dia yang memusnahkan ke semua patung-patung itu. Kalau tidak percaya cuba kamu tanyakan kepadanya ataupun kamu tanyakan kepada patung-patung yang telah binasa tentang siapakah yang memusnahkan mereka semua?”

Raja Namrud dan rakyatnya tidak semena-mena merasa malu dan tersipu-sipu kerana mereka tahu bahawa sesungguhnya patung-patung itu sama sekali tidak boleh berkata-kata. Lalu Namrud pun terus berkata: “Wahai Ibrahim! Kamu sendiri pun tahu bahawa patung-patung itu semua tidak boleh berkata-kata, tidak boleh berjalan-jalan dan juga langsunglah tidak boleh buat apa-apa!”

Terus Nabi Ibrahim as. menjawab: “Jadi kalau begitu mengapa kamu menyembahnya. Bagaimana kamu boleh menyembah sesuatu yang langsung tidak memberi kamu apa-apa manfaat tidak memberi mudarat buat musuhmu dan langsung tidak dapat untuk mempertahankan, dirinya sendiri?”

Firman Allah SWT yang bermaksud: “Ibrahim berkata: “Patutkah kamu sembah selain Allah barang yang tiada manfaat kepadamu sedikitpun dan tidak pula memberi mudarat kepadamu? Celakalah kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak memahaminya?” (Al-Anbiyaa’: 66 dan 67) Akhirnya Raja Namrud dan seluruh rakyatnya mengambil keputusan agar Nabi Ibrahim dibakar dengan api atau unggun yang besar. Maka Namrud pun terus memerintahkan seluruh rakyatnya agar menyediakan api besar hinggakan sampai peringkat burung-burung tidak berani untuk terbang di atasnya kalau terbang juga mereka akan terbakar kerana nyalaan api yang besar itu.

Setelah sampai masa yang telah ditetapkan, Namrud pun duduk di atas singgahsana sambil terus melihat kepada api yang sangat besar itu di dalam hatinya terselit kegembiraan yang sangat kerana sekejap lagi Nabi Ibrahim akan mati dibakar api, dia gembira kerana api akan memakan seorang yang tidak mahu beriman dengan tuhan mereka.

Mereka pun mengikat Nabi Ibrahim pada satu tiang seakan-akan lastik yang besar dan terus Nabi Ibrahim di lemparkan ke dalam api yang besar itu. Mereka terkejut melihat Nabi Ibrahim kerana ketika mahu dilemparkan dia begitu tenang sekali langsung tidak meronta-ronta ataupun melawan. Lebih terkejutlah lagi bila mereka saksikan bahawa Nabi Ibrahim langsung tidak di makan oleh api bahkan dia boleh berjalan ke sana sini pula dalam api tersebut.

Firman Allah SWT yang bermaksud: “Wahai api! Hendaklah engkau menjadi dingin dan selamat terhadap Ibrahim.” Mereka hendak memperdayakan Ibrahim dengan dia lalu Kami berkati di dalamnya untuk seluruh alam.(Al Anbiyaa’: 69 dan 70) Sesungguhnya Allah SWT telah menyelamatkan Nabi Ibrahim dari kejahatan dan kezaliman si Raja Namrud dan rakyat-rakyatnya dan Allah menunjukkan kepada mereka bahawa sebenarnya patung-patung berhala itu langsung tidak memberi makna apa-apa langsung, tidak ada kekuatan dan bagi manusia yang di kurniakan akal fikiran pula tidak wajarlah merasakan bahawa patung berhala itu sebagai Tuhan yang mesti disembah.

Tidak lama selepas itu api yang besar tadi pun terpadam lalu Nabi Ibrahim segera keluar dari longgokan-longgokan bara api dengan selamat seakan-akan tidak ada apa-apa yang berlaku ke atasnya. Dan terus Nabi Ibrahim membawa dirinya meninggalkan kaumnya membiarkan mereka itu semua dengan kehendak mereka, juga buatlah sesuka hati dengan tuhan berhala mereka. Nabi Ibrahim menyerahkan segalanya kepada Allah SWT untuk memberikan hukuman juga membinasakan mereka.

Bermusafirlah Nabi Ibrahim membawa diri kepada Tuhannya ditinggalkannya kaum yang degil lagi bodoh sombong dalam kebinasaannya yang telah Allah jadikan kepada mereka. Dia membawa diri bermusafir hinggalah sampai ke bumi Palestin dan di sana dia menyeru manusia supaya beriman Tuhan yang Esa iaitu Allah SWT dan mengerjakan ibadah kepadanya. Ditakdirkan oleh Allah SWT bahawa di mana sahaja Nabi Ibrahim pergi dia tetap menanamkan keimanan kepada Allah dan akhirnya Allah SWT juga telah memberi hadiah yang besar kepadanya iaitu lahirlah dari zuriatnya keturunan yang baik dan soleh yang kemudian kebanyakan mereka itu menjadi nabi dan rasul yang Allah utuskan kepada seluruh manusia agar membawa mereka kepada bertuhankan Allah SWT dan menjauhkan mereka dari bertuhankan tuhan selain Allah seperti berhala dan lain-lain lagi. kemudian memberi tunjuk ajar kepada seluruh manusia untuk beribadah kepada Allah SWT. Dengan sebab itulah Nabi Ibrahim digelarkan dengan gelaran “Bapa sekalian nabi-nabi.”

Firman Allah SWT yang bermaksud: “Perhatikanlah riwayat Ibrahim dalam kitab (Al-Quran). “Sesungguhnya dia adalah seorang yang sangat benar dan seorang nabi.” (Maryam: 41)

Dijodohkan Di Syurga

Bersumber dari Raja’ bin Umar An-Nakha’i, dia pernah bercerita: “Dahulu di kota Kufah tinggallah seorang pemuda tampan rupawan yang tekun dan rajin beribadat, dan dia termasuk salah seorang ahli zuhud. Suatu hari pemuda itu singgah di kalangan kaum An-Nakha’ dan di sana dia bertemu dengan seorang gadis yang cantik. Sejak melihatnya pertama kali, dia pun jatuh hati dan tergila-gila oleh kecantikannya. Demikian juga si gadis yang merasakan hal serupa sejak pertama melihat pemuda itu. Si pemuda lalu mengutus seseorang untuk meminangnya, tetapi ternyata gadis tersebut telah dipertunangkan dengan putera bapa saudaranya.

Mendengar keterangan ayah si gadis itu, mereka berdua menahan beban cinta yang sangat berat. Si gadis tadi kemudian mengutus seorang hambanya untuk menyampaikan sepucuk surat kepada pemuda tambatan hatinya: “Aku tahu betapa engkau sangat mencintaiku, dan kerananya, betapa besar penderitaanku terhadap dirimu sekalipun cintaku tetap untukmu. Seandainya engkau berkenan, aku akan datang berkunjung ke rumahmu atau aku akan memberikan kemudahan kepadamu bila engkau mahu datang ke rumahku.”

Setelah membaca isi surat tersebut, si pemuda kacak itu pun berkata kepada utusan wanita pujaan hatinya, “Kedua tawaran itu tidak ada satu pun yang kupilih! Sesungguhnya aku takut akan seksaan hari yang besar bila aku sampai derhaka kepada Tuhanku. Aku juga takut akan neraka yang api dan jilatannya tidak pernah surut dan padam.”

Pulanglah utusan kekasihnya itu dan dia pun menyampaikan segala yang disampaikan oleh pemuda itu. Si gadis lalu berkata, “Selamanya aku belum pernah menemui seorang yang zuhud dan selalu takut kepada Allah SWT seperti dia. Demi Allah, tidak seorang pun yang layak mendapatkan gelaran kemuliaan kecuali dia, sedangkan kebanyakan orang adalah munafik.”

Setelah berkata demikian, gadis itu lalu melepas segala urusan duniawinya serta membuang jauh-jauh segala sesuatu yang berkaitan dengan dunia. Dia pun memakai pakaian dari tenunan kasar dan sejak itu tekun beribadat, sementara hatinya merana, badannya juga kurus oleh beban cintanya yang besar kepada pemuda yang dicintainya. Dan kerinduannya yang mendalam menyelimuti sepanjang hidupnya hingga akhir hayatnya.

Setelah gadis itu meninggal dunia, sang pemuda sering pula berziarah ke makamnya. Pada suatu ketika dia bermimpi seakan-akan melihat kekasihnya dalam keadaan yang sangat menyenangkan. Pemuda itu pun bertanya, “Bagaimana keadaanmu dan apa yang kau dapatkan setelah berpisah denganku?”

Gadis kekasihnya itu menjawab dengan menyenandungkan untaian syair: Kasih...
cinta yang terindah adalah mencintaimu,
sebuah cinta yang membawa kepada kebajikan.
Cinta yang indah hingga angin syurga berasa malu
burung syurga menjauh
dan malaikat menutup pintu.
Mendengar penuturan kekasihnya itu, pemuda tersebut lalu bertanya kepadanya, “Di mana engkau berada?”
Kekasihnya menjawab dengan melantunkan syair:
Aku berada dalam kenikmatan
dan kehidupan yang tiada mungkin berakhir
berada dalam syurga abadi yang dijaga oleh para malaikat
yang tidak mungkin binasa
yang akan menunggu ketibaanmu, wahai kekasih
Pemuda itu kembali berkata kepada kekasihnya, “Di sana aku mohon agar engkau selalu mengingatiku dan sebaliknya aku pun tidak dapat melupakanmu!”

“Dan demi Allah, aku juga tidak akan melupakan dirimu. Sungguh, aku telah memohon untukmu kepada Tuhanku juga Tuhanmu dengan kesungguhan hati, sehingga Allah berkenan memberikan pertolongan kepadaku!” jawab gadis kekasihnya itu.

Pemuda itu kembali berkata kepadanya, “Bila aku dapat melihatmu kembali?”

“Tak lama lagi engkau akan datang menyusulku kemari,” jawab kekasihnya.

Tujuh hari sejak pemuda itu bermimpi bertemu dengan kekasihnya, ia meninggal dunia. Semoga Allah sentiasa mencurahkan kasih sayang-Nya kepada mereka berdua dan mempertemukannya kembali di syurga.

Wednesday, February 10, 2010

Umat Muhammad SAW Diseru Meniti Sirat

Allah Taala menyeru: “Wahai Muhammad! Bawalah umatmu untuk dihisab dan lintaskan mereka di atas Sirat yang dilebarkan. Panjangnya sejauh 500 tahun perjalanan.”

Malaikat Malik berdiri di pintunya (neraka). Dia menyeru: “Wahai Muhammad! Sesiapa yang datang dari umatmu dan bersamanya ada perlepasan dari Allah Taala, maka dia akan terselamat. Sekiranya sebaliknya maka, dia akan terjatuh di dalam neraka. Wahai Muhammad! Katakan kepada orang yang diringankan agar berlari! Katakan kepada orang yang diberatkan agar berjalan!”

Nabi Muhammad SAW bersabda kepada malaikat Malik: “Wahai Malik! Dengan kebenaran Allah Taala ke atasmu, palingkanlah wajahmu dari umatku sehingga mereka dapat melepasi! Jika tidak, hati mereka akan gementar apabila melihatmu.”

Malaikat Malik memalingkan mukanya dari umat Nabi Muhammad SAW. Umat Nabi Muhammad SAW telah di pecahkan kepada sepuluh kumpulan. Nabi Muhammad SAW mendahului mereka lalu bersabda kepada umatnya: “Ikutlah aku wahai umatku di atas Sirat ini!”

Kumpulan pertama berjaya melintasi seperti kilat yang memancar. Kumpulan kedua melintasi seperti angin yang kencang. Kumpulan ketiga melintasi seperti kuda yang baik. Kumpulan yang keempat seperti burung yang pantas. Kumpulan yang kelima berlari. Kumpulan keenam berjalan. Kumpulan ketujuh berdiri dan duduk kerana mereka dahaga dan penat. Dosa-dosa terpikul di atas belakang mereka.

Nabi Muhammad SAW berhenti di atas Sirat. Setiap kali, baginda SAW melihat seorang dari umatnya bergayut di atas Sirat, baginda SAW akan menarik tangannya dan membangunkan dia kembali. Kumpulan kelapan menarik muka-muka mereka dengan rantai kerana terlalu banyak kesalahan dan dosa mereka. Bagi yang buruk, mereka akan menyeru: “Wahai Muhammad SAW!”

Nabi Muhammad SAW berkata: “Tuhan! Selamatkan mereka! Tuhan! Selamatkan mereka!

Kumpulan ke sembilan dan ke sepuluh tertinggal di atas Sirat. Mereka tidak diizinkan untuk menyeberang. Dikatakan bahawa, di pintu syurga, ada pokok yang mempunyai banyak dahan. Bilangan dahannya tidak terkira melainkan Allah Taala sahaja yang mengetahui. Di atasnya ada kanak-kanak yang telah mati semasa di dunia ketika umur mereka dua bulan, kurang dan lebih sebelum mereka baligh. Apabila mereka melihat ibu dan bapa mereka, mereka menyambutnya dan mengiringi mereka memasuki syurga. Mereka memberikan gelas-gelas dan cerek serta tuala dari sutera. Mereka memberi ibu dan bapa mereka minum kerana kehausan kiamat. Mereka memasuki syurga bersama-sama.

Hanya tinggal, kanak-kanak yang belum melihat ibu dan bapa mereka. Suara tangisan mereka semakin nyaring.
Mereka berkata: “Aku mengharamkan syurga bagi diriku sehingga aku melihat bapa dan ibuku.”

Kanak-kanak yang belum melihat ibu dan bapa mereka telah berkumpul. Mereka berkata: “Kami masih di dalam keadaan yatim di sini dan di dunia.”

Malaikat berkata kepada mereka: “Bapa-bapa dan ibu-ibu kamu terlalu berat dosa mereka. Mereka tidak diterima oleh syurga akibat dosa mereka.”

Mereka terus menangis malah lebih kuat dari sebelumnya lalu berkata: “Kami akan duduk di pintu syurga moga-moga Allah Taala mengampuninya dan menyatukan kami dengan mereka.”

Demikianlah! Orang yang melakukan dosa besar akan dikurung di tempat pembalasan yang pertama oleh mereka iaitu Sirat. Ia dipanggil “Tempat Teropong.” Kaki-kaki mereka akan tergantung di Sirat.

Nabi Muhammad SAW melintasi Sirat bersama orang-orang yang soleh di kalangan yang terdahulu dan orang yang taat selepasnya. Di hadapannya, ada bendera-bendera yang berkibaran. Bendera Kepujian berada di atas kepalanya.

Apabila bendera baginda menghampiri pintu syurga, kanak-kanak akan meninggikan tangisan mereka. Rasulullah SAW bersabda:
“Apa yang berlaku pada kanak-kanak ini?” Malaikat menjawab: “Mereka menangis kerana berpisah dengan bapa dan ibu mereka. “Nabi SAW bersabda: “Aku akan menyelidiki khabar mereka dan aku akan memberi syafaat kepada mereka, Insya Allah.”

Nabi Muhammad SAW memasuki syurga bersama umatnya yang berada di belakang. Setiap kaum akan kekal didalam rumah-rumah mereka. Kita memohon kepada Allah Taala agar memasukkan kita di dalam keutamaan ini dan menjadikan kita sebahagian daripada mereka.

Tuesday, January 26, 2010

Delima Suami dalam Memartabatkan Institusi Kekeluargaan Isteri Mengandung Diperiksa oleh Doktor Lelaki



Isteri Mengandung Diperiksa oleh Doktor Lelaki

Kedamaian dan ketenangan hidup merupakan harapan setiap insan. Kemesraan dan kesefahaman antara suami isteri, membuahkan kerinduan yang mendalam. Jika kebahagiaan itu diganggu dengan duri-duri kehidupan yang menggores jiwa dan perasaan, secara perlahan kemesraan rumahtangga tersebut menjadi terhakis. Untuk menetapkan kebahagiaan rumahtangga dari hakisan, hindarilah sesuatu yang dapat menimbulkan kebimbangan dan keraguan dalam jiwa. Untuk itu pihak Darul Nu'man tertarik untuk menyampaikan mesej ini sebagai renungan ummah. Kemusykilan yang kami paparkan ini merupakan pertanyaan yang dilontarkan kepada pihak kami dalam internet. Kemudian panel kami menjawabnya dengan menggunakan pendekatan agama dan psikologi. Dari jawapan itu kami merasa tertarik untuk menyampaikan perkara ini kepada kita semua.

Soalan:
Ada suatu perkara yang selama ini mengganggu fikiran saya, dan bagi saya ia telah menjadi perkara yang SERIUS. Saya telah mempunyai empat orang anak, keempat-empat anak saya tersebut lahir melalui perawatan doktor lelaki. Semenjak dari pemeriksaan hinggalah sampai mereka lahir, doktor lelaki itulah yang melaksanakannya. Yang menjadi kemusykilan saya apakah pemeriksaan bulanan ketika mengandung yang dilakukan oleh doktor lelaki tersebut dengan memegang bahagian-bahagian aurat seperti perut dan sebagainya dikira sebagai darurat. Sedangkan ketika itu isteri saya bukan dalam keadaan sakit tapi dalam keadaan normal. Apakah hukumnya jika kita membiarkan perkara itu terjadi di depan kita sedangkan mungkin kita boleh mencari alternatif lain seperti mencari doktor pakar wanita ataupun bidan?

Daripada,
Keluarga Muslim K. L.

Jawapan & Penjelasan:
Pada diri wanita ada ciri-ciri atau kriteria yang spesifik dan itu tidak dimiliki oleh lelaki, begitu pula sebaliknya. Apabila salah satu pihak meninggalkan kriteria yang telah ditetapkan Allah bererti ia telah meninggalkan fitrah dan merosak kudrat insaniah. Ada beberapa ketentuan dalam syariat Allah sehubungan kriteria yang dimiliki oleh wanita, oleh sebab itu berpegang teguhlah dengan syariat tersebut dan jangan perkenankan lelaki campur tangan dalam urusan dalaman jika tidak ingin dirugikan ataupun kehidupan fizikal dan kejiwaan wanita akan rosak.

Syariat & Darurat

Secara syariat, wanita muslimah hendaklah menjaga dirinya dan auratnya dari dilihat orang lain, kerana jika perkara ini terjadi pasti akan menimbulkan fitnah. Secara fitrah baik lelaki ataupun wanita yang bukan muhrim bersentuhan pasti akan menimbulkan berahi dan getaran jiwa yang akan mendatangkan tekanan syahwat baik banyak mahupun sedikit. Inilah namanya nafsu yang pasti ada pada diri seorang lelaki ataupun wanita yang normal.

Wanita mengandung ketika mengadakan pemeriksaan bulanan dengan doktor lelaki bukanlah tergolong dalam keadaan darurat, kerana ketika itu wanita tersebut bukan dalam keadaan sakit. Jika ia bukan dalam keadaan darurat sudah tentu hukumnya berdosa ketika seorang doktor lelaki menyentuh bahagian-bahagian tertentu tubuh wanita tersebut. Kedudukan darurat dalam Islam adalah jika sesuatu keadaan itu tidak ada pilihan lain, maka secara terpaksa atau harus kita melaksanakan sesuatu yang pada dasarnya bertentangan dengan ketetapan Allah. Umpamanya, memakan daging khinzir hukumnya haram, namun ketika dalam keadaan tidak ada sedikitpun makanan melainkan daging itu sahaja, sedangkan kita dalam keadaan kelaparan yang boleh membawa maut, maka hukumnya menjadi harus memakan daging tersebut sekadar mengelakkan dari mati.

Pemeriksaan Bulanan

Begitu juga halnya dalam masalah pemeriksaan bulanan, ia bukanlah dalam keadaan darurat, sebab masih ada cara lain atau alternatif lain untuk mencari doktor wanita ataupun bidan yang beragama Islam. Apatah lagi di negara kita sekarang ini mudah didapati doktor wanita, bahkan di hospital dan klinik kerajaan pun kebanyakan yang memeriksa wanita hamil terdiri dari doktor atau bidan wanita. Mengapa kita mesti mencari doktor lelaki jika hanya sekadar menginginkan kepakaran mereka disaat mengadakan pemeriksaan bulanan. Bahkan doktor wanita yang pakar sakit puan pun telah ramai di negara ini. Maka tidak timbullah istilah 'darurat' ketika mengadakan pemeriksaan bulanan dengan doktor lelaki bagi wanita hamil. Kecualilah ketika akan melahirkan, di mana wanita yang akan melahirkan tersebut memerlukan pembedahan dan perhatian yang serius dari ramai pihak. Maka ketika ini barulah boleh dipakai istilah darurat tersebut, kerana wanita yang ingin melahirkan itu tidak terfikir masalah lain, melainkan ingin selamat melahirkan anaknya.

Aspek Psikologi
Ditinjau dari aspek psikologi pun proses pemeriksaan bulanan yang dilakukan wanita hamil dengan doktor lelaki ini akan menimbulkan kesan yang jauh dan negatif dalam hubungan kekeluargaan. Bayangkan saja bagi seorang wanita yang selama ini hanya disentuh oleh suaminya, tentu akan merasa suatu getaran ketika lelaki lain menyentuhi tubuhnya. Rasa kelainan dan getaran inilah yang membenihkan suatu keinginan tertentu kepada yang lain selain suaminya, lebih-lebih lagi ketika mereka
menghadapi masalah atau krisis rumahtangga. Perkara ini sepintas lalu nampaknya macam perkara biasa dan sederhana, namun dalam jangka masa panjang, kesannya sangat membahayakan minda dan jiwa isteri tadi serta suaminya juga. Dalam hal ini bagi doktor lelaki mungkin tidak merasakan apa-apa perasaan terhadap pesakitnya, disebabkan terlalu ramai pesakit yang dirawatnya setiap hari dan ini menjadikannya lali dengan keadaan tersebut. Namun bagi seorang wanita yang normal dan sihat, getaran di jantungnya pasti akan terasa dan getaran inilah yang dinamakan syahwat.

Jika perkara ini terjadi bukanlah bererti setiap wanita yang hamil itu tidak baik atau wanita yang rendah moralnya, malah perkara ini membuktikan kenormalan wanita tersebut. Dalam hal ini kebijaksanaan suami sangat dituntut untuk melaksanakan tuntutan Islam agar isterinya mengadakan pemeriksaan bulanan dengan doktor wanita Islam sahaja.

Menggerakkan Nafsu Syahwat

Saya ingin membawa contoh yang sama dalam diri seorang lelaki. Bagaimanakah rasanya perasaan seorang lelaki jika bahagian tertentu tubuhnya disentuh oleh doktor wanita dengan nada bahasa yang lemah-lembut dan baik. Sebagai seorang lelaki yang normal, pasti dia akan merasakan getaran di jantungnya, kecualilah jika ketika itu ia betul-betul sakit (dalam keadaan darurat), sehingga tidak ada yang lain difikirkannya melainkan kesembuhan dari sakitnya itu. Begitu juga halnya dengan doktor wanita yang menyentuh pesakit lelaki mungkin merasa lali dengan situasi tersebut disebabkan propesi dan tanggungjawabnya sebagai seorang doktor.

Keretakan Rumahtangga
Fahamilah tentang kaedah batas-batas aurat bagi seorang wanita atau lelaki yang bukan muhrim. Jika perkara ini tidak diberi perhatian secara serius, lama kelamaan akan runtuhlah sendi institusi rumahtangga keluarga muslim. Seandainya seluruh umat Islam tidak mengambil berat tentang perkara ini, bukan saja institusi rumahtangga malah negara pun akan runtuh kerana kejatuhan nilai moral dan agama dalam kehidupan bangsa. Peliharalah diri dan keluarga kita agar kehidupan bahagia di dunia dan di akhirat serta terhindar dari seksa api neraka.

Allahu Ya Rahman Ya Rahim

Dalam riwayat yang lain pula dijelaskan, bahawa pada zaman Nabi Musa as, kaum bani Israil pernah ditimpa musim kemarau panjang, lalu mereka berkumpul menemui Nabi Musa as dan berkata: “Wahai Kalamullah, tolonglah doakan kami kepada Tuhanmu supaya Dia berkenan menurunkan hujan untuk kami!”

Kemudian berdirilah Nabi Musa as bersama kaumnya dan mereka bersama-sama berangkat menuju ke tanah lapang. Dalam suatu pendapat dikatakan bahawa jumlah mereka pada waktu itu lebih kurang tujuh puluh ribu orang.

Setelah mereka sampai ke tempat yang dituju, maka Nabi Musa as mulai berdoa. Diantara isi doanya itu ialah: “Tuhanku, siramlah kami dengan air hujan-Mu, taburkanlah kepada kami rahmat-Mu dan kasihanilah kami terutama bagi anak-anak kecil yang masih menyusu, haiwan ternak yang memerlukan rumput dan orang-orang tua yang sudah bongkok. Sebagaimana yang kami saksikan pada saat ini, langit sangat cerah dan matahari semakin panas.

Tuhanku, jika seandainya Engkau tidak lagi menganggap kedudukanku sebagai Nabi-Mu, maka aku mengharapkan keberkatan Nabi yang ummi iaitu Muhammad SAW yang akan Engkau utus untuk Nabi akhir zaman.

Kepada Nabi Musa as Allah menurunkan wahyu-Nya yang isinya: “Aku tidak pernah merendahkan kedudukanmu di sisi-Ku, sesungguhnya di sisi-Ku kamu mempunyai kedudukan yang tinggi. Akan tetapi bersama denganmu ini ada orang yang secara terang-terangan melakukan perbuatan maksiat selama empat puluh tahun. Engkau boleh memanggilnya supaya ia keluar dari kumpulan orang-orang yang hadir di tempat ini! Orang itulah sebagai penyebab terhalangnya turun hujan untuk kamu semuanya.”

Nabi Musa kembali berkata: “Wahai Tuhanku, aku adalah hamba-Mu yang lemah, suaraku juga lemah, apakah mungkin suaraku ini akan dapat didengarnya, sedangkan jumlah mereka lebih dari tujuh puluh ribu orang?” Allah berfirman: “Wahai Musa, kamulah yang memanggil dan Aku-lah yang akan menyampaikannya kepada mereka!.”

Menuruti apa yang diperintahkan oleh Allah, maka Nabi Musa as segera berdiri dan berseru kepada kaumnya: “Wahai seorang hamba yang derhaka yang secara terang-terangan melakukannya bahkan lamanya sebanyak empat puluh tahun, keluarlah kamu dari rombongan kami ini, kerana kamulah, hujan tidak diturunkan oleh Allah kepada kami semuanya!”

Mendengar seruan dari Nabi Musa as itu, maka orang yang derhaka itu berdiri sambil melihat kekanan kekiri. Akan tetapi, dia tidak melihat seorangpun yang keluar dari rombongan itu. Dengan demikian tahulah dia bahawa yang dimaksudkan oleh Nabi Musa as itu adalah dirinya sendiri. Di dalam hatinya berkata: “Jika aku keluar dari rombongan ini, nescaya akan terbukalah segala kejahatan yang telah aku lakukan selama ini terhadap kaum bani Israil, akan tetapi bila aku tetap bertahan untuk tetap duduk bersama mereka, pasti hujan tidak akan diturunkan oleh Allah SWT.”

Setelah berkata demikian dalam hatinya, lelaki itu lalu menyembunyikan kepalanya di sebalik bajunya dan menyesali segala perbuatan yang telah dilakukannya sambil berdoa: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah derhaka kepada-Mu selama lebih empat puluh tahun, walaupun demikian Engkau masih memberikan kesempatan kepadaku dan sekarang aku datang kepada-Mu dengan ketaatan maka terimalah taubatku ini.”

Beberapa saat selepas itu, kelihatanlah awan yang bergumpalan di langit, seiring dengan itu hujanpun turun dengan lebatnya bagaikan hanya ditumpahkan saja dari atas langit.

Melihat keadaan demikian maka Nabi Musa as berkata: “Tuhanku, mengapa Engkau memberikan hujan kepada kami, bukankah di antara kami tidak ada seorangpun yang keluar serta mengakui akan dosa yang dilakukannya?”
Allah berfirman: “Wahai Musa, aku menurunkan hujan ini juga di sebabkan oleh orang yang dahulunya sebagai sebab Aku tidak menurunkan hujan kepada kamu.”

Nabi Musa berkata: “Tuhanku, lihatkanlah kepadaku siapa sebenarnya hamba-Mu yang taat itu?”

Allah berfirman: “Wahai Musa, dulu ketika dia derhaka kepada-Ku, Aku tidak pernah membuka aibnya. Apakah sekarang. Aku akan membuka aibnya itu ketika dia telah taat kepada-Ku? Wahai Musa, sesungguhnya Aku sangat benci kepada orang yang suka mengadu. Apakah sekarang Aku harus menjadi pengadu?”

Ahli Ibadah dengan Pelacur yang Cantik Jelita

Al-Hasan meriwayatkan, bahawa dahulu ada seorang pelacur yang sangat cantik jelita. Dia tidak mahu melayani orang yang datang kecuali jika dibayar sebanyak seratus dinar.

Secara kebetulan pada suatu hari ada seorang ahli ibadah yang melihat wajah pelacur cantik itu sehingga membuatkan ahli ibadah itu tertarik dan jatuh cinta kepadanya. Kerana lelaki ahli ibadah itu mengetahui, bahawa untuk dapat dilayani oleh pelacur cantik itu orang harus memberinya wang sebanyak seratus dinar, maka lelaki ahli ibadah itu akhirnya pergi mencari pekerjaan untuk mengumpulkan wang sebanyak itu.

Setelah wang sebanyak seratus dinar itu dapat dikumpulkan, dia pun pergi menemui pelacur cantik itu serta berkata kepadanya: “Kecantikanmu telah membuatkan aku benar-benar tergoda, oleh kerana itu, aku telah berusaha sedaya upayaku untuk mendapatkan wang seratus dinar sebagaimana yang engkau kehendaki itu.”

Wanita pelacur itu berkata: “Silakan masuk ke rumahku.”

Dengan tidak berfikir panjang, ahli ibadah itu langsung masuk ke rumahnya. Di dalam rumah pelacur yang cantik jelita itu ada tersedia sebuah tempat tidur yang dibuat dari emas. Pelacur itu lalu duduk di atas tempat tidurnya dan berkata: “Marilah segera mendekatiku.”

Ketika lelaki ahli ibadah itu bermaksud untuk memuaskan nafsunya, pada waktu itu juga tiba-tiba ia ingat kepada Allah sehingga menggigil seluruh tubuhnya. Kepada wanita pelacur tersebut lelaki ahli ibadah itu berkata: “Biarlah aku pergi saja meninggalkan kamu dan wang yang jumlahnya seratus dinar itu ambillah olehmu!”

Wanita pelacur itu kembali bertanya: “Apakah sebenarnya yang terjadi atas dirimu, bukankah kamu telah tergila-gila kepadaku sehingga kamu membanting tulang dan mengeluarkan peluh untuk mendapatkan wang sebanyak seratus dinar? Pada saat ini kamu telah mendapatkan apa yang kamu inginkan itu, akan tetapi mengapa kamu akan meninggalkan aku?”

Lelaki ahli ibadah itu berkata: “Sesungguhnya aku takut kepada Allah SWT dan juga atas kedudukanku selama ini di sisi-Nya. Berkemungkinan kerana aku akan pergi meninggalkan kamu, kamu merasa benci kepadaku, ketahuilah olehmu, sesungguhnya aku juga sangat membenci kamu kerana Allah.

Wanita pelacur itu berkata: “Jika yang kamu katakan itu benar, aku tidak akan bersuami kepada orang lain melainkan kamu.”

Lelaki ahli ibadah itu berkata: “Biarlah aku keluar!”

Wanita pelacur itu menjawab: “Tidak, kecuali bila kamu mahu menjadi suamiku.”

“Tidak, biarlah aku keluar dari rumahmu ini!” kata lelaki itu.

Wanita itu kembali bertanya: “Apakah yang membuatmu merasa keberatan bila aku memohon kepadamu supaya engkau mahu menikahi aku?”

Lelaki itu menjawab: “Untuk menjadi isteriku boleh saja, akan tetapi aku harus pergi meninggalkan tempat ini kembali ke tempat biasanya aku melakukan ibadah.”

Selepas berkata demikian, lelaki ahli ibadah itu langsung pergi meninggalkan rumah pelacur tersebut. Begitu juga dengan wanita pelacur itu ia ikut serta keluar dari daerahnya untuk bertaubat kepada Allah dan menyesali segala perbuatan yang telah dilakukannya. Wanita pelacur itu terus berjalan, hingga akhirnya ia sampai ke tempat asal lelaki ahli ibadah tersebut.

Kepada ahli ibadah tersebut seseorang datang menemuinya dan berkata: “Sesungguhnya permaisurimu telah datang kepadamu.”

Ketika ahli ibadah melihat kedatangan wanita itu, ia terkejut dan langsung terjatuh dalam pelukan wanita pelacur yang cantik jelita itu. Pada waktu itu juga lelaki ahli ibadah tersebut menghembuskan nafasnya yang terakhir. Melihat keadaan demikian, kepada orang yang hadir wanita pelacur yang telah bertaubat itu bertanya? “Apakah lelaki idamanku yang telah meninggalkanku buat selama-lamanya ini ada mempunyai saudara?”

Orang yang hadir pada waktu itu menjawab: “Ia ada mempunyai seorang saudara lelaki, akan tetapi saudara lelakinya itu hidup dalam keadaan kemiskinan.”

“Jika memang demikian, aku akan menikah dengannya sebagai ganti dari lelaki yang aku cintai ini,” kata wanita itu.

Akhirnya wanita tersebut menikah dengan saudara lelaki ahli ibadah itu dan dari hasil pernikahan tersebut, Allah SWT mengurniakan kepada mereka sebanyak tujuh orang anak yang kemudian ketujuh orang anak tersebut menjadi nabi semuanya.

Monday, January 25, 2010

Cinta Adam dan Hawa

Segala kesenangan ada di dalamnya. Semua tersedia apa saja yang diinginkan, tanpa bersusah payah memperolehinya. Sungguh suatu tempat yang amat indah dan permai, menjadi idaman setiap insan. Demikianlah menurut riwayat, tatkala Allah SWT. selesai mencipta alam semesta dan makhluk-makhluk lainnya, maka dicipta-Nya pula Adam ‘alaihissalam sebagai manusia pertama. Hamba yang dimuliakan itu ditempatkan Allah SWT di dalam Syurga (Jannah).

Adam a.s hidup sendirian dan sebatang kara, tanpa mempunyai seorang kawan pun. Ia berjalan ke kiri dan ke kanan, menghadap ke langit-langit yang tinggi, ke bumi terhampar jauh di seberang, maka tiadalah sesuatu yang dilihatnya dari mahkluk sejenisnya kecuali burung-burung yang berterbangan ke sana ke mari, sambil berkejar-kejaran di angkasa bebas, bernyanyi-nyanyi, bersiul-siul, seolah-olah mempamerkan kemesraan.

Adam a.s terpikat melihatnya, rindu berkeadaan demikian. Tetapi sungguh malang, siapalah gerangan kawan yang hendak diajak. Ia merasa kesepian, lama sudah. Ia tinggal di syurga bagai orang kebingungan, tiada pasangan yang akan dibujuk bermesra sebagaimana burung-burung yang dilihatnya.

Tiada pekerjaan sehari-hari kecuali bermalas-malas begitu saja, bersantai berangin-angin di dalam taman syurga yang indah permai, yang ditumbuhi oleh bermacam bunga-bunga kuntum semerbak yang wangi, yang di bawahnya mengalir anak-anak sungai bercabang-cabang, yang desiran airnya bagai mengandung pembangkit rindu.



Adam kesepian

Apa saja di dalam syurga semuanya nikmat! Tetapi apalah erti segalanya kalau hati selalu gelisah resah di dalam kesepian seorang diri?

Itulah satu-satunya kekurangan yang dirasakan Adam a.s di dalam syurga. Ia perlu kepada sesuatu, iaitu kepada kawan sejenis yang akan mendampinginya di dalam kesenangan yang tak terhingga itu. Kadangkala kalau rindu dendamnya datang, turunlah ia ke bawah pohon-pohon rendang mencari hiburan, mendengarkan burung-burung bernyanyi bersahut-sahutan, tetapi aduh hai kasihan...bukannya hati menjadi tenteram, malah menjadi lebih tertikam. Kalau angin bertiup sepoi-sepoi basah di mana daun-daunan bergerak lemah gemalai dan mendesirkan suara sayup-sayup, maka terkesanlah di hatinya keharuan yang begitu mendalam; dirasakannya sebagai derita batin yang tegak di sebalik nikmat yang dianugerahkan Tuhan kepadanya.

Tetapi walaupun demikian, agaknya Adam a.s malu mengadukan halnya kepada Allah SWT. Namun, walaupun Adam a.s malu untuk mengadu, Allah Ta'ala sendiri Maha Tahu serta Maha Melihat apa yang tersembunyi di kalbu hamba-Nya. Oleh itu Allah Ta'ala ingin mengusir rasa kesepian Adam.



Hawa diciptakan

Tatkala Adam a.s sudah berada di puncak kerinduan dan keinginan untuk mendapatkan kawan, sedang ia lagi duduk terpekur di atas tempat duduk yang berlapiskan tilam permaidani serba mewah, maka tiba-tiba ngantukpun datanglah menawannya serta langsung membawanya hanyut ke alam tidur.

Adam a.s tertidur nyenyak, tak sedar kepada sesuatu yang ada di sekitarnya. Dalam saat-saat yang demikian itulah Allah SWT menyampaikan wahyu kepada malaikat Jibril a.s untuk mencabut tulang rusuk Adam a.s dari lambung sebelah kiri. Bagai orang yang sedang terbius, Adam a.s tidak merasakan apa-apa ketika tulang rusuknya dicabut oleh malaikat Jibril a.s.

Dan oleh kudrat kuasa Ilahi yang manakala menghendaki terjadinya sesuatu cukup berkata “Kun!” maka terciptalah Hawa dari tulang rusuk Adam a.s, sebagai insan kedua penghuni syurga dan sebagai pelengkap kurnia yang dianugerahkan kepada Adam a.s yang mendambakan seorang kawan tempat ia boleh bermesra dan bersenda gurau.



Pertemuan Adam dan Hawa

Hawa duduk bersandar pada bantal lembut di atas tempat duduk megah yang bertatahkan emas dan permata-permata bermutu manikam, sambil terpesona memperhatikan kecerahan wajah dari seorang lelaki kacak yang sedang terbaring, tak jauh di depannya.

Butir-butir fikiran yang menggelombang di dalam sanubari Hawa seolah-olah merupakan arus-arus tenaga elektrik yang datang mengetuk kalbu Adam a.s, yang langsung menerimanya sebagai mimpi yang berkesan di dalam gambaran jiwanya seketika itu.

Adam terjaga....! Alangkah terkejutnya ia ketika dilihatnya ada makhluk manusia seperti dirinya hanya beberapa langkah di hadapannya. Ia seolah tak percaya pada penglihatannya. Ia masih terbaring mengusap matanya beberapa kali untuk memastikan apa yang sedang dilihatnya.

Hawa yang diciptakan lengkap dengan perasaan malu, segera memutar badannya sekadar untuk menyembunyikan bukit-bukit di dadanya, seraya mengirimkan senyum manis bercampur manja, diiringi pandangan melirik dari sudut mata yang memberikan sinar harapan bagi hati yang melihatnya.

Memang dijadikan Hawa dengan bentuk dan paras rupa yang sempurna. Ia dihiasi dengan kecantikan, kemanisan, keindahan, kejelitaan, kehalusan, kelemah-lembutan, kasih-sayang, kesucian, keibuan dan segala sifat-sifat keperibadian yang terpuji di samping bentuk tubuhnya yang mempesona serta memikat hati setiap yang memandangnya.

Ia adalah wanita tercantik yang menghiasai syurga, yang kecantikannya itu akan diwariskan turun temurun di hari kemudian, dan daripadanyalah maka ada kecantikan yang diwariskan kepada wanita-wanita yang datang dibelakangnya.

Adam a.s pun tak kurang gagah dan kacaknya. Tidak dijumpai cacat pada dirinya kerana ia adalah satu-satunya makhluk insan yang dicipta oleh Allah SWT secara langsung tanpa perantaraan.

Semua kecantikan yang diperuntukkan bagi lelaki terhimpun padanya. Kecantikan itu pulalah yang diwariskan turun temurun kepada orang-orang di belakangnya sebagai anugerah Allah SWT kepada makhluk-Nya yang bergelar manusia. Bahkan diriwayatkan bahawa kelak semua penduduk syurga akan dibangkitkan dengan pantulan dari cahaya rupa Adam a.s.

Adam a.s bangkit dari pembaringannya, memperbaiki duduknya. Ia membuka matanya, memperhatikan dengan pandangan tajam. Ia sedar bahawa orang asing di depannya itu bukanlah bayangan selintas pandang, namun benar-benar suatu kenyataan dari wujud insani yang mempunyai bentuk fizikal seperti dirinya. Ia yakin ia tidak salah pandang. Ia tahu itu manusia seperti dirinya, yang hanya berbeza kelaminnya saja. Ia serta merta dapat membuat kesimpulan bahawa makhluk di depannya adalah perempuan. Ia sedar bahawa itulah dia jenis yang dirindukannya. Hatinya gembira, bersyukur, bertahmid memuji Zat Maha Pencipta.

Ia tertawa kepada gadis jelita itu, yang menyambutnya tersipu-sipu seraya menundukkan kepalanya dengan pandangan tak langsung, pandangan yang menyingkap apa yang terselit di kalbunya.



Adam terpikat

Adam terpikat pada rupa Hawa yang jelita, yang bagaikan kejelitaan segala puteri-puteri yang bermastautin di atas langit atau bidadari-bidadari di dalam syurga.

Tuhan menanam asmara murni dan hasrat berahi di hati Adam a.s serta menjadikannya orang yang paling asyik dilamun cinta, yang tiada taranya dalam sejarah, iaitu kisah cinta dua insan di dalam syurga. Adam a.s ditakdirkan jatuh cinta kepada puteri yang paling cantik dari segala yang cantik, yang paling jelita dari segala yang jelita, dan yang paling harum dari segala yang harum.

Adam a.s dibisikkan oleh hatinya agar merayu Hawa. Ia berseru: “Aduh, hai si jelita, siapakah gerangan kekasih ini? Dari manakah datangmu, dan untuk siapakah engkau disini?” Suaranya sopan, lembut, dan penuh kasih sayang.
“Aku Hawa,” sambutnya ramah. “Aku dari Pencipta!” suaranya tertegun seketika. “Aku....aku....aku, dijadikan untukmu!” tekanan suaranya menyakinkan.

Tiada suara yang seindah dan semerdu itu walaupun berbagai suara merdu dan indah terdengar setiap saat di dalam syurga. Tetapi suara Hawa....tidak pernah di dengarnya suara sebegitu indah yang keluar dari bibir mungil si wanita jelita itu. Suaranya membangkit rindu, gerakan tubuhnya menimbulkan semangat.

Kata-kata yang paling segar didengar Adam a.s ialah tatkala Hawa mengucapkan terputus-putus: “Aku....aku....aku, dijadikan untukmu!” Kata-kata itu nikmat, menambah kemesraan Adam kepada Hawa.

Adam a.s sedar bahawa nikmat itu datang dari Tuhan dan cintapun datang dari Tuhan. Ia tahu bahawa Allah SWT itu cantik, suka kepada kecantikan. Jadi, kalau cinta kepada kecantikan berertilah pula cinta kepada Tuhan. Jadi cinta itu bukan dosa tetapi malah suatu pengabdian. Dengan mengenali cinta, makrifah kepada Tuhan semakin mendalam. Cinta kepada Hawa bererti cinta kepada Pencipta. Dengan keyakinan demikian Adam a.s menjemput Hawa dengan berkata: “Kekasihku, ke marilah engkau!” Suaranya halus, penuh kemesraan.

“Aku malu!” balas Hawa seolah-olah menolak. Tangannya, kepalanya, memberi isyarat menolak seraya memandang Adam dengan penuh ketakjuban.

“Kalau engkau yang inginkan aku, engkaulah yang ke sini!” Suaranya yang bagaikan irama seolah-olah memberi harapan.

Adam tidak ragu-ragu. Ia mengayuh langkah gagah mendatangi Hawa. Maka sejak itulah teradat sudah bahawa wanita itu didatangi, bukan mendatangi.

Hawa bangkit dari tempat duduknya, menggeser surut beberapa langkah. Ia sedar bahawa walaupun dirinya diperuntukkan bagi Adam a.s, namunlah haruslah mempunyai syarat-syarat tertentu. Di dalam sanubarinya, ia tak dapat menyangkal bahawa iapun terpesona dan tertarik kepada rupa Adam a.s yang sungguh indah.

Adam a.s tidak putus asa. Ia tahu itu bukan dosa. Ia tahu membaca isi hati. Ia tahu bukannya Hawa menolak, tetapi menghindarnya itu memanglah suatu perbuatan wajar dari sikap malu seorang gadis yang berbudi. Ia tahu bahawa di balik “malu” terselit “rasa mahu”. Kerananya ia yakin pada dirinya bahawa Hawa diperuntukkan baginya. Naluri insaninya bergelora.

Tatkala sudah dekat ia pada Hawa serta hendak mengulurkan tangan sucinya kepadanya, maka tiba-tiba terdengarlah panggilan ghaib berseru:
“Hai Adam....tahanlah dirimu. Pergaulanmu dengan Hawa tidak halal kecuali dengan mahar dan menikah!”.

Adam a.s tertegun, balik ke tempatnya dengan taat. Hawa pun mendengar teguran itu dan hatinya tenteram.
Kedua-dua manusia syurga itu sama terdiam seolah-olah menunggu perintah.




Perkahwinan Adam dan Hawa

Allah SWT. Yang Maha Pengasih untuk menyempurnakan nikmatnya lahir dan batin kepada kedua hamba-Nya yang saling memerlukan itu, segera memerintahkan gadis-gadis bidadari penghuni syurga untuk menghiasi dan menghibur mempelai perempuan itu serta membawakan kepadanya hantaran-hantaran berupa perhiasan-perhiasan syurga. Sementara itu diperintahkan pula kepada malaikat langit untuk berkumpul bersama-sama di bawah pohon “Syajarah Thuba”, menjadi saksi atas pernikahan Adam dan Hawa.

Diriwayatkan bahawa pada akad pernikahan itu Allah SWT. berfirman: “Segala puji adalah kepunyaan-Ku, segala kebesaran adalah pakaian-Ku, segala kemegahan adalah hiasan-Ku dan segala makhluk adalah hamba-Ku dan di bawah kekuasaan-Ku. Menjadi saksilah kamu hai para malaikat dan para penghuni langit dan syurga bahawa Aku menikahkan Hawa dengan Adam, kedua ciptaan-Ku dengan mahar, dan hendaklah keduanya bertahlil dan bertahmid kepada-Ku!”

Malaikat dan para bidadari berdatangan

Setelah akad nikah selesai berdatanganlah para malaikat dan para bidadari menyebarkan mutiara-mutiara yaqut dan intan-intan permata kemilau kepada kedua pengantin agung tersebut. Selesai upacara akad, dihantarlah Adam a.s mendapatkan isterinya di istana megah yang akan mereka diami.

Hawa menuntut haknya. Hak yang disyariatkan Tuhan sejak semula.
“Mana mahar?” tanyanya. Ia menolak persentuhan sebelum mahar pemberian ditunaikan dahulu.

Adam a.s bingung seketika. Lalu sedar bahawa untuk menerima haruslah sedia memberi. Ia insaf bahawa yang demikian itu haruslah menjadi kaedah pertama dalam pergaulan hidup.

Sekarang ia sudah mempunyai kawan. Antara sesama kawan harus ada saling memberi dan saling menerima. Pemberian pertama pada pernikahan untuk menerima kehalalan ialah mahar. Oleh kerananya Adam a.s menyedari bahawa tuntutan Hawa untuk menerima mahar adalah benar.



Mahar perkahwinan Adam

Pergaulan hidup adalah persahabatan! Dan pergaulan antara lelaki dengan wanita akan berubah menjadi perkahwinan apabila disertai dengan mahar. Dan kini apakah bentuk mahar yang harus diberikan?
Itulah yang sedang difikirkan Adam.

Untuk keluar dari keraguan, Adam a.s berseru: “Ilahi, Rabbi! Apakah gerangan yang akan kuberikan kepadanya? Emaskah, intankah, perak atau permata?”.

“Bukan!” kata Tuhan.

“Apakah hamba akan berpuasa atau solat atau bertasbih untuk-Mu sebagai maharnya?” tanya Adam a.s dengan penuh pengharapan.

“Bukan!” tegas suara Ghaib.

Adam diam, mententeramkan jiwanya. Kemudian bermohon dengan tekun: “Kalau begitu tunjukilah hamba-Mu jalan keluar!”.

Allah SWT. berfirman: “Mahar Hawa ialah selawat sepuluh kali atas Nabi-Ku, Nabi yang bakal Kubangkit yang membawa pernyataan dari sifat-sifat-Ku: Muhammad, cincin permata dari para anbiya’ dan penutup serta penghulu segala Rasul. Ucapkanlah sepuluh kali!”.
Adam a.s merasa lega. Ia mengucapkan sepuluh kali salawat ke atas Nabi Muhammad SAW. sebagai mahar kepada isterinya. Suatu mahar yang bernilai spiritual, kerana Nabi Muhammad SAW adalah rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam).

Hawa mendengarkannya dan menerimanya sebagai mahar.
“Hai Adam, kini Aku halalkan Hawa bagimu”, perintah Allah, “dan dapatlah ia sebagai isterimu!”.
Adam a.s bersyukur lalu memasuki isterinya dengan ucapan salam. Hawa menyambutnya dengan segala keterbukaan dan cinta kasih yang seimbang.

Allah SWT. berfirman kepada mereka: “Hai Adam, diamlah engkau bersama isterimu di dalam syurga dan makanlah (serta nikmatilah) apa saja yang kamu berdua ingini, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini kerana (apabila mendekatinya) kamu berdua akan menjadi zalim”.
(Al-A’raaf: 19).
Dengan pernikahan ini Adam a.s tidak lagi merasa kesepian di dalam syurga. Inilah percintaan dan pernikahan yang pertama dalam sejarah ummat manusia, dan berlangsung di dalam syurga yang penuh kenikmatan. Iaitu sebuah pernikahan agung yang dihadiri oleh para bidadari, jin dan disaksikan oleh para malaikat.

Peristiwa pernikahan Adam dan Hawa terjadi pada hari Jumaat. Entah berapa lama keduanya berdiam di syurga, hanya Allah SWT yang tahu. Lalu keduanya diperintahkan turun ke bumi. Turun ke bumi untuk menyebar luaskan keturunan yang akan mengabdi kepada Allah SWT dengan janji bahawa syurga itu tetap tersedia di hari kemudian bagi hamba-hamba yang beriman dan beramal soleh.

Firman Allah SWT.: “Kami berfirman: Turunlah kamu dari syurga itu. Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, nescaya tidak ada kekhuatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”

(Al-Baqarah: 38)

Sepotong Roti, Pengemis dan Serigala

Diriwayatkan bahawa pernah suatu musim kemarau menimpa Bani Israil dalam beberapa tahun yang berterusan. Ada seorang perempuan memiliki sepotong roti. Diletakkannya roti itu pada mulutnya untuk dimakannya. Tiba-tiba datang seorang pengemis di depan pintu dan berkata, “Berilah aku kerana Allah, sepotong roti sahaja.”
Perempuan itu mengeluarkan roti itu dari mulutnya dan diserahkannya kepada pengemis itu. Kemudian ia keluar ke padang belantara untuk mencari kayu.

Dia mempunyai seorang anak kecil yang turut dibawanya bersama. Tiba-tiba datang seekor serigala dan menangkap anak kecil itu serta membawanya lari. Terdengar suara jeritan. Bersegeralah perempuan itu mencari jejak serigala. Lalu Allah SWT mengutus Malaikat Jibril a.s dan mengeluarkan anak itu dari mulut serigala. Diserahkannya anak itu pada ibunya seraya berkata padanya, “Hai perempuan hamba Allah, puaskah engkau sesuap roti diganti dengan keselamatan anak?”

Perempuan itu menjawab, “Ya.”

Terdengar suara mengatakan, “Demikianlah balasan kepada orang-orang yang mengasihani orang-orang miskin dan kelaparan. Kami selamatkan dan kami pelihara sebagai balasan bagi orang yang berbuat baik.”

Sepotong Roti, Pengemis dan Serigala

Diriwayatkan bahawa pernah suatu musim kemarau menimpa Bani Israil dalam beberapa tahun yang berterusan. Ada seorang perempuan memiliki sepotong roti. Diletakkannya roti itu pada mulutnya untuk dimakannya. Tiba-tiba datang seorang pengemis di depan pintu dan berkata, “Berilah aku kerana Allah, sepotong roti sahaja.”
Perempuan itu mengeluarkan roti itu dari mulutnya dan diserahkannya kepada pengemis itu. Kemudian ia keluar ke padang belantara untuk mencari kayu.

Dia mempunyai seorang anak kecil yang turut dibawanya bersama. Tiba-tiba datang seekor serigala dan menangkap anak kecil itu serta membawanya lari. Terdengar suara jeritan. Bersegeralah perempuan itu mencari jejak serigala. Lalu Allah SWT mengutus Malaikat Jibril a.s dan mengeluarkan anak itu dari mulut serigala. Diserahkannya anak itu pada ibunya seraya berkata padanya, “Hai perempuan hamba Allah, puaskah engkau sesuap roti diganti dengan keselamatan anak?”

Perempuan itu menjawab, “Ya.”

Terdengar suara mengatakan, “Demikianlah balasan kepada orang-orang yang mengasihani orang-orang miskin dan kelaparan. Kami selamatkan dan kami pelihara sebagai balasan bagi orang yang berbuat baik.”

DETIK=DETIK TERAKHIR KEPERGIAN FATIMAH AZZAHRA AS

Allahumma Shalli ‘ala Muhammad wa aali Muhammad Hari ini Fatimah as tampak dalam keadaan terbaik yang seharusnya setiap wanita seperti itu.

Fatimah as memegang Hasan as dan Husein as dan membasuh kepala mereka Lalu ia bertemu Imam Ali as dan berkata:“Hai Abu Hasan, jiwaku telah membisikiku bahwa tak lama lagi aku akan berpisah denganmu,Aku mempunyai wasiat yang telah kupendam dalam dadaku yang ingin aku wasiatkan padamu” Ali as menjawab: “Wasiatkanlah apa saja yang kau sukai, niscaya kau dapati aku sebagai orang yang menepati dan melaksanakan semua yang kau perintahkan padaku, Dan aku dahulukan urusanmu atas urusanku”

Fatimah as mulai berkata: “Abu Hasan,engkau tidak pernah mendapatiku berdusta dan berkhianat, Dan aku tidak pernah menentangmu sejak engkau menikah denganku” baca selanjutnya. Ali as menjawab: “Aku berlindung kepada Allah, engkau orang yang paling baik disisi Allah, paling ‘alim dan paling takwa,Tidak wahai Fatimah, engkau begitu mulia dan tidak pernah membantahku, Sungguh berat bagiku berpisah dan meninggalkanmu,Tetapi ini adalah hal yang harus terjadi”.

“Demi Allah engkau mengulangi musibah Rasulullah saww atasku, Sungguh besar musibah kematianmu dan kepergian atasku,Kita milik Allah dan kepada-Nya kita kembali,Atas musibah yang sangat besar, sangat menyakitkan dan sangat menyedihkan”. Kemudian Ali as mengusap kepala Fatimah sambil menangis.

Lalu Fatimah melanjutkan wasiatnya : “Abu Hasan, jika aku telah meninggal, Mandikanlah aku, hunuthlah tubuhku dengan sisa hunuth yang telah dipakai oleh ayahku Rasulullah saww, lalu kafanilah aku,Shalatilah aku dan jangan biarkan orang-orang yang memperlakukan aku secara kejam menghadiri jenazahku,Baik dari kalangan mereka maupun dari pengikut mereka”. Kemudian Fatimah meneruskan: “Kuburlah aku diwaktu malam saat keheningan menyelimuti bumi dan mata terlelap dalam tidur,Dan sembunyikanlah letak kuburanku”.

“Abu Hasan, aku berwasiat kepadamu agar menjaga Zainab, juga Hasan as dan Husien as,Jangan kau bentak mereka,Karena mereka akan menjadi anak-anak yatim yang penuh derita,Baru saja kemarin mereka ditinggal oleh kakek mereka Rasulullah saw,Dan hari ini mereka akan kehilangan ibu mereka, Fatimah as”. Kemudian Imam as keluar menuju mesjid.

Fatimah as berdiri dan memandikan Hasan as dan Husein as,Ia mengganti pakaian Hasan as dan Husein as setelah menyiapkan makanan bagi mereka.Fatimah as berkata kepada mereka : “Keluarlah kalian dan pergilah ke Mesjid” Sebagaimana biasa, Fatimah as menitipkan Zainab kerumah ummu Salamah.Hingga tak seorangpun dari anaknya yang ada dirumah.

Asma’ binti Umais berkata bahwa ia melihat Fatimah as dan ia berkata kepadaku:“Wahai Asma’, aku akan masuk kedalam kamarku ini untuk mengerjakan shalat-shalat sunahku,Dan membaca wirid-wiridku dan Al-Quran”.“Bila suaraku terhenti, maka panggillah aku bila aku masih bisa menjawab,Kalau tidak, berarti aku telah menyusul ayahku Rasulullah saww”. Asma’ berkata: “ Lalu, Fatimah as masuk ke dalam kamar”.

Tatkala aku sedang asyik mendengar suaranya yang membaca Al-Qur’an, tiba-tiba suara Fatimah as berhenti. Aku memanggilnya: “Ya Zahra… ia tak menjawab, hai ibunya Hasan…iapun tak menjawab, Aku masuk kekamar dan Fatimah as telah terbentang kaku menghadap kiblat, Sambil meletakkan telapak tangannya dibawah pipi kanannya.

Fatimah as menemui ajalnya dalam keadaan dianiaya, syahid dan sabar. Asma’ berkata: “Aku menciuminya dan berkata kepadanya: “Wahai Tuanku/Pemimpinku”,“Sampaikan salamku kepada Ayahmu Rasulullah saw”. Saat aku dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.Hasan as dan Husein as yang masih kanak-kanak itu, pulang dari Masjid, Saat mereka masuk, Husein as yang pertama kali bertanya kepadaku : “Asma’, dimana ibu kami Fatimah as ?”Aku menjawab: “Kedua pemimpinku, ibu klalian sedang tidur”Husein as berkata: “Apa yang membuat ibu kami tertidur disaat ini , saat waktu shalatnya?Tidak biasanya ia tertidur disaat ini”.

Aku berkata: “Wahai Dua Pemimpinku, duduklah hingga aku bawakan makanan untuk kalian”.Asma’ berkata: “Aku letakkan makanan dihadapan Hasan as dan Husein as”.Mereka memanggut-manggut, kepala mereka kearah bawah.“Sekarang… ini makanannya, duhai Hasan, Cahaya Mata, duhai Husein as”.Husein as berkata: “Wahai Asma’, sejak kapan kami makan tanpa ditemani ibu kami Fatimah as?Setiap hari kami makan bersama Ibu kami Fatimah as, mengapa hari ini tidak?” Perasaan Husein as tidak enak, ia berlari kekamar…Kemudian ia duduk didepan kepala Fatimah as dan menciuminya,

Lalu berkata: “Oh ibu, berbicaralah kepadaku, aku putra tercintamu…Husein,Ibu…, berbicaralah padaku sebelum rohku keluar dari badanku”. Husein berteriak: “Hai Hasan as…, semoga Allah melipat gandakan pahala padamu atas kematian Ibu kita Fatimah as”. Imam Hasan as datang dan merangkul Ibunya dan menciuminya Asma’ berkata: “Aku masuk kamar…

Demi Allah, Husein as telah merobek-robek hatiku”.Aku melihatnya menciumi kaki ibunya Fatimah as Dan dia berkata: “Ibu…, Berbicaralah padaku sebelum jiwa berpisah dari badanku”. Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun..

Tuesday, January 19, 2010

Negeri Sembilan Angkatan 4



bersama ATS menyebarkan kasih dan cintanya ALLAH...

Monday, January 18, 2010

Hadis Jibril (ihsan,iman ,islam)

Daripada Saiyidina 'Umar juga, r.a. beliau berkata:
Ketika kami sedang duduk di sisi Rasulullah SAW pada suatu hari, tiba-tiba muncul di hadapan kami seorang lelaki yang memakai pakaian yang sangat putih, berambut sangat hitam, yang tidak ternampak pada dirinya kesan-kesan tanda musafir dan tidak seorangpun di kalangan kami yang mengenalinya. Lalu dia duduk menghampiri Nabi SAW lalu disandarkan kedua-dua lututnya ke lutut Baginda dan meletakkan dua tapak tangannya atas dua paha Baginda seraya berkata: Wahai Muhammad! Terangkan kepadaku tentang lslam. Lalu Rasulullah SAW bersabda: lslam itu bahawa engkau naik saksi bahawa tiada Tuhan melainkan Allah dan bahawa Muhammad itu utusan Allah, (dan bahawa) engkau mendirikan sembahyang, mengeluarkan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, menunaikan haji ke BaitulLah (Mekah) sekiranya engkau berkuasa mengerjakannya. Lelaki tersebut berkata: Benarlah engkau. Maka kamipun merasa hairan kepadanya, dia yang bertanya dia pula yang membenarkannya. Dia bertanya: Terangkan kepadaku tentang lman. Baginda bersabda: (lman itu ialah) bahawa engkau percaya kepada Allah, para MalaikatNya, kitab-kitabNya, para RasulNya, hari Qiamat dan bahawa engkau percaya kepada Qadar baik dan buruk. Lelaki itu berkata: Benarlah engkau.
Dia berkata lagi: Terangkanlah kepadaku tentang Ehsan. Baginda bersabda: Ehsan itu ialah bahawa engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihatNya. Sekiranya engkau tidak dapat melihatnya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.
Lelaki itu bertanya lagi: Terangkan kepadaku tentang Qiamat. Baginda bersabda: Orang yang ditanya tentang Qiamat tidaklah lebih mengetahui daripada orang yang bertanya. Lelaki itu berkata: Maka terangkanlah kepadaku tentang tanda-tandanya. Baginda bersabda: (Antara tanda-tandanya ialah) apabila seorang hamba perempuan melahirkan tuannya dan apabila engkau melihat orang-orang miskin yang berkaki ayam, tidak berpakaian dan papa kedana yang hanya menjadi pengembala kambing berlumba-lumba membina bangunan (iaitu bertukar menjadi kaya raya). Kemudian lelaki itu berlalu, lalu aku terdiam sebentar. Kemudian Baginda bertanya: Wahai 'Umar! Adakah engkau tahu siapa lelaki yang bertanya itu? Aku berkata: Allah dan RasulNya lebih mengetahui. Baginda bersabda: Sesungguhnya dia adalah Malaikat Jibril yang datang kepada kamu untuk mengajar kamu tentang agama kamu.

Hadis riwayat al-lmam Muslim (Hadis riwayat Muslim, kitab al-iman, no: 9 dan 10, al-Tirmizi, kitab al-iman, no: 2535, beliau berkata: hadis ini hasan shahih, al-Nasaa’ie, kitab al-iman, no: 4904, 4905, Abu Dawud, kitab al-sunnah, no:4075, Ibn Majah, kitab al-muqaddimah, no: 62 dan 63, Ahmad, musnad العشرة المبشرین , no: 346)