Powered By Blogger

Thursday, May 27, 2010

Jiwa dan Roh

Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku. (Al Fajr :27-30)

Saya sangat terasa dengan ayat ini. Ada kerinduan yang dipanggil oleh Allah dengan mesra. Tapi mungkinkah? Kerana jiwa masih pekat dengan noda dosa, sangatlah sulit untuk membuatnya menjadi cemerlang. Masih sering terngiang di telinga akan pesan Allah dengan firman-Nya :


Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Asy Syams:9-10)

Defenisi Jiwa

Didalam sebuah artikel dijelaskan bahawa jiwa mampu menyimpan semua memori dari semenjak lahir sampai jasad meninggal. Ibarat sebuah server yang besar, mampu menyimpan data yang besar pula. Tidak ada yang luput dari server ini, semua tersimpan dengan baik. Baik itu data kejahatan mahupun data kebaikan. Berbeza dengan memori otak yang sangatlah terbatas. Misalnya kita disuruh untuk menghafal jenis kereta dan warnanya yang kita jumpai sepanjang perjalanan dari rumah sampai ke pejabat. Sudah tentu terbatas sekali yang dapat kita hafalkan. Namun kalau jiwa yang bersih, sangatlah tepat. Jangankan jenis kereta dan warnanya. No. insuran pun terhafal dengan baik bahkan dijalan apa dan pada jam berapa kita menjumpainya.

Data kejahatan membuat jiwa menjadi redup cahayanya atau bahkan padam sama sekali. Sedangkan data kebaikan membuat jiwa menjadi bersinar terang. Dan sinar ini mampu menghalau cahaya gelap.

Dan di akhirat kelak data di server ini akan di tampilkan semua. Didalam DOS kita biasa memetik perintah DIR, maka semua fail akan muncul. Begitu pula dengan jiwa, semua akan ditampilkan sebutir-butirnya dari yang sekecil-kecilnya.

Namun sebenarnya fail kejahatan tidak semuanya akan ditampilkan. Kerana ada fungsi Delete File atau Hidden File. Siapa yang boleh melakukan ini. Ya…pasti pemilik server tentunya. Allah Rabbal Alamin. Dia mengampuni siapa yang di kehendakinya.

Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Az Zumar:53)

Semakin terang cahaya jiwa, semakin dekatlah ia kepada Allah. Dan semakin berat pula godaan iblis. Kerana iblis akan selalu mengirimkan pasukannya silih berganti untuk melalailkan sang jiwa ini. Dan jangan ditanya berapa banyaknya. Semakin bersih jiwa semakin kuat iblis yang dikirimkan.

Iblis menjawab: "Kerana Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). (
Al A'raaf:16-17)

Banyak yang salah faham antara JIWA (nafs) dan ROH. Banyak yang menganggapnya sama, padahal sesungguhnya keduanya sangat berbeza.

Yang seperti apakah Jiwa itu? Jiwa adalah badan halus manusia, yang boleh pergi – keluar dari Jasad fizikal, ketika manusia sedang bermimpi, atau ketika hilang kawal (Out of Body Experience) atau PLB – Perjalanan Luar Badan. Jiwa, merupakan tubuh halus manusia. Jiwa memiliki perangkat-perangkat yang menyebabkan manusia dicap sebagai makhluk sosial, makhluk cerdas (Aqal), makhluk spiritual (Qolbu). Jiwa yang menanggung semua akibat perbuatan tubuh fizikal dan tubuh dalam.

Jiwa diciptakan sempurna tanpa cacat. Tidak ada yang terlahir sakit jiwa. Tidak ada bayi cacat. Jiwa adalah putih bersih ketika dilahirkan, lingkungan dan pengalamanlah yang membuatnya tetap putih atau kotor.

Komponen-Komponen Jiwa

Komponen yang dimiliki jiwa: Nafsu (syahwat, emosi), Hasrat (keinginan, ego), Aqal, Qolbu, dll.

Indera Jiwa

Indera Jiwa sering disebut pula sebagai Indera batin. Jiwa juga memiliki indra penglihatan dan pendengaran. Dari situlah syaitan (dan jin) memberikan pengaruhnya ke jiwa, berupa suara-suara dihati kita yang mengajak ke perbuatan negatif.

Qolbu

Qolbu adalah Jantungnya Jiwa. Qolbulah yang menentukan baik-buruknya Jiwa. Gelap-terangnya Jiwa.
Sesungguhnya Ruh itu selalu mengajak Jiwa ke jalan yang lurus, tetapi setan sangat gigih menyeru peralatan Jiwa agar sesat.
[Firman Allah dalam Al-Qur’an: Setan adalah musuh yang nyata]

Suara-suara di Qolbu (hati)
• Suara si jiwa sendiri
• Suara Roh kita
• Suara makhluk lain

Tingkatan Kesedaran Jiwa

Secara garis besar, ada 7 (tujuh) lapisan yang membatasi antara Jiwa dan Roh, yang berhubungan dengan tingkatan kesedaran Jiwa.
Lapisan tersebut hanya boleh ‘terbuka’ dengan melalui sedikit cara. Salah satu caranya adalah dengan ‘serius’ berupaya membersihkan diri, membersihkan Jiwa, membersihkan Qolbu (hati) dengan NIAT mendekatkan diri kepada ALLAH SWT - Sang Khalik. Atau merupakan sebuah anugerah karunia-NYA (given).

Lapisan ini berubah menjadi hijab kalau kotor. Bila pada lapisan 1 yang kotor (hijab) berakibat komunikasi antara Jiwa dengan Ruh terganggu. Muncullah penyakit non-fizik / kejiwaan (nafs) seperti pemarah, kejam, nafsuan, dll).

Nafs Lawwamah, Ammarah-bissu, dan nafs muthmainah.

Terbukanya (bersihnya) masing-2 lapisan tersebut, akan menumbuhkan kesedaran dan kemampuan Jiwa yang lebih tinggi [orang bilang ilmu laduni – ’ngkali].

Kesadaran Ruhiah – Ilahiah

Kesedaran tertinggi dari Jiwa adalah Kesedaran Rohiah. Inilah yang didambakan oleh para pejalan spiritual. Tujuan akhir

Roh

Al-Israa'(17): 85

”Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: ‘Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit’ “.

Roh adalah suci, ciptaan Allah, sehingga dikategorikan sebagai Makhluk. Jadi roh dalam diri jasad manusia bukanlah Allah itu sendiri.

“Maka apabila telah Aku menyempurnakan kejadiannya dan telah meniupkan kedalamnya Roh-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud “ (Al Hijr:29)

Pengertian “roh KU”? Roh milik Allah. Roh ciptaan dan milik Allah, yang ditiup masuk oleh Allah ke dalam Jasad manusia. Bila manusia meninggal maka roh ini akan kembali ke Sang Pencipta.

“akan tetapi di dalam diri manusia ada bashirah (yang tahu)"(QS 75:14).

Kata bashirah ini disebut sebagai yang tahu atas segala gerak manusia yang sekalipun sangat rahsia. Ia biasa menyebut diri (wujud)-nya adalah "Aku".

Tidak ada yang namanya Roh (Roh) jahat, ataupun lainnya. Sesungguhnya Roh itu selalu mengajak jiwa ke jalan yang lurus, tetapi syaitan sangat gigih menyeru segala yang dimiliki jiwa agar sesat.

[Firman ALLAH dalam Al-Qur’an: Syaitan adalah musuh yang nyata]

Kemana Tubuh Fizikal, Eterik, Jiwa dan ROH Pergi Ketika Meninggal Dunia?

Kembalinya Roh

ROH, yang saya tidak tahu sedikitpun tentangnya, akan terus kembali kepada Sang Pencipta.

Kembalinya Tubuh Fisik

Tubuh Fizikal yang tersusun dari metarial duniawi akan kembali menjadi bahan-bahan tanah. Tidak ada lagi kesedaran yang tersisa. Tak ada lagi cerita.

Tubuh Jiwa, kemana perginya?

Kemana perginya sangat tergantung dengan Keyakinan dan Laku Amal-Ibadah yang dilakoninya selama hidup didunia. Ketika kita memuja (membuka hati kepada) mahluk lain bukan kepada Allah SWT, kita mempersembahkan tenaga kita kepada sesama mahluk, baik manusia ataupun mahluk lain walau mereka berada di dimensi yang lebih tinggi, maka secara langsung kita membatasi diri kita sendiri dan potensi spiritual kita. Setiap saat kita membuka hati kita untuk hal/mahluk lain selain untuk berhubungan langsung dengan Allah SWT, maka kita tersesat dari tujuan hidup yang sebenarnya.

Orang yang menghambakan diri, menggadaikan diri kepada selain Allah Yang Maha Esa, akan ditarik janji gadainya. Orang yang mencari petapaan di gunung abc, akan ditagih jiwanya sebagai balasan kekayaan metarial yang didapatnya selama hidup oleh penunggu gunung abc. Orang atheis, kafir yang tidak percaya adanya Allah SWT, apalagi suka berbuat zalim, Jiwanya gelap matanya buta dan telinganya tuli. Tidak boleh melihat dan mendengar apa-apa. Jiwanya akan menunggu dalam dimensi kegelapan, hingga sangkakala berbunyi.

Orang yang beriman, yang berserah diri, yang suci, Yang mati sahid, Jiwanya akan langsung terbang, entah menuju dan menunggu dilangit yang mana. Tingginya langit yang boleh disambangi, tingginya syurga yang akan didiami, berbanding lurus dengan Kemurnian Tauhid yang diyakini dan dijalani.

Dengan demikian terserah kepada diri kita masing-masing. Apakah kita tega mengotori jiwa kita atau justru membersihkannya?

Sunday, May 9, 2010

Doa Nabi Muhammad SAW ketika bertahajuud

Ya Allah ya Tuhanku bagiMu segala puji, Engkaulah pentadbir semua petala langit dan petala bumi dan semua yang ada pada keduanya. Dan bagiMu segala puji Engkaulah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi dan semua yang ada pada keduanya Dan bagiMu segala puji Engaulah cahaya langit dan bumi dan semua yang ada padanya Dan bagiMu segala puji Engkaulah yang benar janjiMu pun benar bertemu denganMu pun benar, bicaraMu pun benar syurga juga benar neraka juga benar Nabi Muhammad pun benar dan kiamat juga benar Ya Allah, Ya tuhanku kepadaMu aku berserah denganMu aku beriman kepadaMu aku bertawakal kepadaMu aku kembali kerana menjaga hakMu, kepadaMu aku menerima hukuman maka ampunilah akan dosa-dosaku yang terdahulu dan terkemudian apa yang aku sembunyikan dan dedahkan. Engkaulah yang terdahulu Dan Engkaulah yang terkemudian tiada tuhan melainkan Engkau
Telah sabit dalam Sahih Bukhari dan Muslim juga daripada riwayat Ibnu Abbas r.a bahawasanya Nabi s.a.w apabila bangun di tengah malam beliau bertahajjud kemudian baginda membaca doa ini – dipetik dari al Azkar oleh Imam Nawawi terjemahan oleh Pustaka Nasional Singapura – muka surat 66

ROH ORANG-ORANG YANG BERIMAN DISISI ALLAH

Pendapat yang mengatakan, roh orang yang beriman berada disisi Allah dan tidak menukuk tambah pandangan mereka, adalah pendapat yang beradab dengan Kalam Allah iaitu al-Quran, dimana firman Allah yang bermaksud: “Bahkan mereka hidup disisi Tuhan Mereka dan mendapat rezeki dari Nya”. Ali Imran: 169.

Golongan ulamak ini berpandangan demikian berdalilkan;

Antaranya; Hadis dari Abu Hurairah r.a. bererti; “Apabila keluar roh sesaorang yang meninggal dunia lalu dibawa naik sehingga sampai ke langit di sisi Allah a.w.j. , jika roh itu dari seorang yang buruk amalannya tidak akan dibuka pintu langit lalu dihantar semula kekuburnya”. Riwayat Amad, Ibnu Majah dan al-Baihaqi.

Kata Abu Dardak al-Tayalisi dari Abu Musa al-Shaari, beliau berkata; “Roh orang yang beriman berbau harum selepas keluar dari badanya, kemudian dibawa oleh malaikat yang menguruskanya hingga bertemu dengan malaikat-malaikat di langit lalu mereka bertanya; bau apa ini? Maka dijawab; ini adalah pulan bin pulan yang beramal begini dan begini dimasa hidupnya iaitu amalan yang baik, mereka berkata; selamat datang kamu dan dia, mereaka menyambutnya lalu dibawa naik ke atas menerusi pintu-pintu yang dibawa naik amalannya, bila sampai di langit teratas teranglah langit seperti cahaya matahari hinggalah sampai ka Arasy”.

Adapun roh orang kafir, bila dicabut dari badan dan dibawa naik ke atas lalu bertanya malaikat di langit, bau apa ini? Lalu dijawab; ini pulan bin pulan yang beramal begini dan begini kerana amalannya buruk, seterusnya malaikat berkata, jangan bawa kemari dan kembalikan kedalam kuburnya”.

Kata al-Makki bin Ibrahim ketika menceritakan kata-kata Khuzaifah bin al-Yaman; “Semua roh berdiri di hadapan al-Rahman menunggu janjinya hingga ditiupkan sangka-kala”.

Kata Sifian bin Uyainah; Sebaik sahaja al-Zubair dibunuh dan disula, ibnu Umar datang untuk mengucap ta’ziah kepada ibunya Asmak lalu berkata; hendaklah puan bertaqwa kepada Allah dan bersabar, sesungguhnya mayatnya tidak berguna apa-apa, roh yang telah mati berada disisi Allah, lalu beliau menjawab; yang menghalangi aku bersabar kerana telah sampai kepada aku berita bahawa kepala Yahya bin Zakaria telah dihadiahkan kepada pelampau-pelampau Bani Israil”.

Jarir telah menceritakan dari Hilal bin Yasaf berkata; “Ketika kami duduk bersama Ka’ab, Rabi’ bin Khasim dan Khalid bin ‘Ar’arah bersama orang ramai., lalu datang Ibnu Abbas dan diberitahu kepada kami, ini Ibnu Abas anak bapa saudara Nabi kamu, kami diminta memberi tempat duduk kepadanya, kemudian Ibnu Abas bertanya kepada Ka’ab; semua yang ada dalam al-Quran saya telah menegetahuinya melainkan empat perkara, minta terangkan kepada saya, antaranya; apa dia Sijjin? Apa dia Illiyun? Apa dia Sidratul Muntaha? Dan apa maksud firman Allah kepada Nabi Idris; bermaksud; “Dan Kami angkatkan dia ketempat yang tinggi”. Maryam:57.

Bahan bacaan Kitab al-Roh karangan Ibnu Qaiyim, hal:273.